Terdapat 3 jenis kesulitan belajar yang dapat dialami seseorang, yakni Disleksia, Disgrafia & Diskalkulia.
Disleksia merupakan kesulitan belajar dalam membaca yang disebabkan oleh gangguan neurologis atau saraf.
Ada beberapa faktor penyebab disleksia, yakni faktor genetik, faktor cidera otak & faktor pemrosesan fonologi.
1. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan faktor pertama penyebab disleksia, yang cenderung terjadi dalam keluarga secara turun temurun. Seorang ayah yang disleksia berpotensi menurunkan disleksianya 39% pada anak laki-lakinya & 17-18% pada anak perempuannya.
Sedangkan seorang ibu yang disleksia berpotensi menurunkan disleksianya 34% pada anak laki-lakinya & 17-18% pada anak perempuannya.
& Jika salah satu anaknya mengalami disleksia maka 50% saudara kandungnya juga akan mengalami disleksia.
Selain dari keturunan keluarga, disleksia juga disebabkan oleh kelahiran yang premature dan berat badan bayi rendah.
Ketika mengandung apa yg dikonsumsi si ibu juga dapat menjadi faktor penyebab disleksia. Khususnya konsumsi yang berbahaya pada kehamilan, seperti obat-obatan, alkohol, nikotin dan hal-hal yang dapat mengganggu perkembangan otak pada janin.
2. Faktor Cedera Otak
Faktor cedera otak merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab disleksia, dimana terjadi setelah masa kelahiran / bukan karena faktor genetik. Biasanya terjadi karena kecelakaan, stroke & trauma.
3. Faktor Pemrosesan Fonologi
Faktor ini terjadi karena adanya ketidakstabilan dalam otak, terutama pada area fonologis/ bahasa dimana menyebabkan penderita disleksia mengalami kebingungan dan susah membedakan huruf yang hampir sama atau terbalik-balik. Seperti huruf B & D serta huruf P & Q.
Selain 3 faktor tersebut. Terdapat 1 faktor potensial yang dapat menyebabkan seseorang mengalami kesulitan belajar disleksia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan 2 ilmuan Prancis tahun 2017 yakni Guy Ropars & Albert Le Floch. Mereka menyebutkan ada faktor lain penyebab disleksia yakni kondisi mata yang simetris.
Pada dasarnya mata manusia memiliki salah satu mata yang dominan dimana ketika mata melihat 2 visual yg mirip, mata dominan akan menentukan salah satu bentuk dan mengabaikan bentuk visual lainnya.
Sedangkan penderita disleksia memiliki mata yang setara/ tidak ada yang dominan. Sehingga akan mengakibatkan otak mengalami kesulitan dan kebingungan untuk menentukan 2 visual/ bentuk yg mirip. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan susunan sel reseptor pada mata. Pada mata disleksia, reseptor tersusun simetris sedangkan pada mata normal tersusun asimetris.
Wiwin DamayantiÂ
Cililin, 07 Mei 2019 (07:53)
*Sumber: Ruang Guru*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H