setiap orang sudah familiar dengan jabat tangan. ketika kita bertemu dengan teman atau pun yang lainnya pastilah kita melakukan jabat tangan. tujuannya adalah untuk lebih akrab, lebih dekat dan yang paling penting itu untuk saling menjaga hubungan yang baik. kita sudah bisa menyaksikan bila ada seseorang sudah tidak mau berjabat tangan maka sudah bisa dipastikan ia memiliki masalah.
kasus yang sempat mencuat adalah ketika pemain sepak bola MU Manchester United Vs Lieverpool, dimana Suarez menolak jabat tangan Patrik Evra, kemudian diikuti oleh Rio Ferdinan, karena merasa temannya 'digitukan' kemudian ia membalasnya.
nah, itulah betapa pentingnya jabat tangan. jabat tangan adalah sebuah bahasa non verbal, yang amat penting. jika tidak ada jabat tangan khususnya dalam pertandingan itu bisa menjadi tanda tanya. kalau dalam pertandingan itu ya minimal ada tegur sapa dan diikuti dengan saling berhadapan dan menepuk bahu atau memegang kepala [khusus budaya di luar].
dalam pergaulan sehari-hari juga kita tidak bisa terlepas dari jabat tangan, sesama teman sekolah, dengan guru, dengan kakak kelas dan orang tua. hanya saja jabat tangan dengan yang lebih tua, dalam adat jawa itu setidaknya harus mencium tangan atau sambil menundukan bahu. karena untuk menandakan hormat atas usia, dari yang muda kepad yang lebih tua. mungkin dalam adat luar jawa berbeda, misalnya sambil berpelukan atau yang lainnya.
ada sebagian orang, khususnya anak muda mereka mengganti jabat tangan dengan menggunakan tos [tangan diangakt keatas dan ditepukkan sehingga menimbulkan suara]. atau ada juga yang menggantinya dengan gaya masing-masing [khusus bagi komunitas tertentu]. sebetulnya tujuannya sama, yaitu untuk lebih mengakrabkan dan memupuk rasa kebersamaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H