Alkisah suatu hari di sebuah kota terjadi banjir cukup besar. Selain disebabkan karena curah hujan yang tinggi, juga kaena penduduk kota tersebut kurang disiplin dalam menjaga kebersihan. Mereka masih suka membuang sampah sembarangan.
Banjir tersebut menggenangi banyak rumah sampai setinggi nyaris 2 meter. Akibatnya banyak perabotan rumah ikut terbawa arus banjir. Termasuk hewan-hewan peliharaan.
Bahkan di suatu lokasi ada tiga warga sempat terbawa arus banjir. Beruntung mereka dapat diselamatkan berkat kesigapan beberapa petugas BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) yang ada di lokasi tersebut.
Namun ada sedikit cerita yang menggelitik terkait penyelamatan ketiga orang warga tersebut. Hal itu terkait sifat yang dimiliki salah seorang dari tiga warga tersebut.
Ketika tiga orang warga yang terbawa arus banjir tersebut sedang terapung, petugas BNPB berteriak kepada ketiganya "Coba berikan tanganmu!".
Mendengar itu dua orang warga yang sedang terapung mengacung-acungkan tangannya, mencoba meraih tangan petugas BNPB. Petugas BNPB akhirnya bisa meraih tangan dua orang yang sedang terapung terbawa arus banjir itu.
Namun tidak dengan satu orang warga lagi. Dia tidak berupaya mengacungkan tangannya, "memberikan" tangannya kepada petugas BNPB.
Petugas BNPB berteriak berkali-kali agar satu orang yang masih terapung "memberikan" tangannya supaya mudah diraih. Tapi orang yang masih terapung tersebut tetap tidak mau "memberikan" tangannya.
Petugas BNPB pun khawatir, jangan-jangan orang tersebut sudah kehabisan nafas sehingga tidak bisa "memberikan" tangannya.
Dalam situasi yang cukup kritis tersebut tiba-tiba ada seorang warga mendekati petugas BNPB. Warga tersebut kemudian beribisik kepada petugas BNPB, "Pak, dia tidak akan mau 'memberikan' tangannya sebab dia paling benci kata itu".
