Semua tentu sepakat bahwa kita ingin Indonesia yang kita cintai ini dipimpin oleh pemimpin (baca: presiden dan wakil presiden) yang terbaik, dalam banyak hal. Sebab kita yakin hanya pemimpin yang terbaik lah yang akan membawa Indonesia menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Saat ini rakyat Indonesia sedang dihadapkan kepada tiga pilihan calon pemimpin, yakni pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres dan cawapres).
Ada pasangan nomor 1, yakni pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Ada pasangan nomor urut 2, yakni pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Terakhir ada pasangan nomor 3, yakni pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Masing-masing pasangan calon tentu memiliki kelebihan. Di sisi lain, mereka juga tentu memiliki kekurangan.
Hal itu dikarenakan mereka bukanlah pasangan malaikat yang terbebas dari kekurangan atau kelemahan. Mereka adalah pasangan manusia biasa yang kebetulan dipercaya sebagai calon pemimpin negeri bernama Indonesia.
Kalau memang masing-masing pasangan calon itu memiliki kelebihan dan kekurangan, lantas bagaimana kita memilih mereka? Siapa yang harus kita pilih?
Kita kembali ke pernyataan awal bahwa kita butuh pemimpin yang terbaik. Kalau begitu kita harus objektif dalam memilih calon pemimpin kita itu. Mungkin kita harus membuang hal-hal yang sifatnya subjektif ketika menentukan pilihan.
Dalam hal ini kita perlu memilih calon pemimpin yang memiliki banyak kelebihan dan memilih calon pemimpin yang memiliki sedikit kekurangan.
Lantas aspek apa saja dari para calon pemimpin alias para capres-cawapres yang bisa kita jadikan petimbangan dalam memilih agar menghasilkan calon pemimpin terbaik untuk Indonesia yang lebih baik?
Terkait hal ini mungkin kita perlu memasukkan aspek pengetahuan, wawasan, pengalaman, track record, dan juga moralitas sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pilihan.
Pertama, pengetahuan. Kita lihat pasangan capres-cawapres mana yang memiliki pengetahuan luas dan komprehensif mengenai banyak hal. Baik pengetahuan mengenai politik, ekonomi, pendidikan, keamanan, dan lain-lain.
Kedua, wawasan. Kita lihat pasangan capres-cawapres mana yang memiliki wawasan luas dan komprehensif mengenai banyak hal. Baik wawasan mengenai politik, ekonomi, pendidikan, keamanan, dan lain-lain.
Ketiga, pengalaman. Kita lihat pasangan capres-cawapres mana yang memiliki pengalaman luas dan komprehensif mengenai banyak hal. Seperti dalam pengalaman di bidang politik, ekonomi, pendidikan, keamanan, dan lain-lain.
Keempat, moralitas. Kita lihat pasangan capres-cawapres mana yang memiliki moralitas paling bersih. Tak pernah tersangkut kasus korupsi misalnya, atau tersngkut hal-hal tercela lainnya.
Kelima, track record. Kita lihat pasangan capres-cawapres mana yang memiliki track record paling baik. Hal ini penting sebagai "referensi" capres-cawapres dalam memimpin dan membangun Indonesia.
Kelima aspek di atas kita kasih rentang nilai 0-100. Pasangan capres-cawapres no 1 misalnya, nilai aspek pengetahuannya berapa. Kemudian nilai aspek wawasan, pengalaman, moralitas, dan track record juga berarpa. Begitu pula untuk pasangan capres-cawapres no 2 dan pasangan capres-cawapres no 3.
Kita bisa buat tabel penilaian untuk ketiga pasangan capres-cawapres tersebut. Setelah itu kita jumlahkan nilai untuk semua pasangan capres-cawapres tersebut.
Nilai akhir ketiga pasangan capres-cawapres tersebut tentu akan kelihatan, siapa yang paling tinggi. Nah nilai pasangan capres-cawapres yang paling tinggi lah yang selayaknya kita pilih.
Namun sekali lagi penilaian yang kita lakukan harus objektif, tidak subjektif. Singkirkan perasaan "gak enakan" dalam hal ini.
Hal yang harus kita ingat adalah kebaikan bagi Indonesia. Sebab Indonesia butuh pemimpin yang terbaik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H