Kaesang Pangarep terjun ke dunia politik sesungguhnya bukan merupakan sesuatu yang unik dan mengherankan. Sebab banyak anak muda yang usianya bahkan lebih muda dari Kaesang sudah lebih dahulu terjun ke dunia politik sebagai politisi muda.Â
Tapi ketika Kaesang terjun ke dunia politik dan kemudian mendapat "karpet merah" dari PSI (Partai Solidaritas Indonesia) sebagai ketua umum PSI, itulah yang unik dan mengherankan. Sebab hal itu bisa dipastikan baru terjadi dalam perpolitikan nasional, bahkan mungkin juga baru terjadi dalam perpolitikan dunia.
Kaesang yang beruntung mendapat "karpet merah" dari PSI tentu tak terlepas dari statusnya sebagai putra dari Presiden RI Joko Widodo alias Jokowi. Kalau bukan putra dari Presiden Jokowi, belum tentu Kaesang akan dapat "karpet merah" dari PSI.
Bukankah Kaesang merupakan anak muda yang pintar dan hebat sehingga didaulat jadi ketua umum PSI? Tentu, kalau tidak pintar dan hebat tidak mungkin PSI mau menjadikannya sebagai ketua umum. Â
Kaesang mungkin anak muda yang pintar dan hebat. Tapi saya yakin banyak anak muda lain yang lebih pintar dan hebat dari Kaesang. Jadi bukan masalah Kaesang pintar dan hebat atau tidak sehingga PSI mau menjadikannya sebagai ketua umum. Masalahnya adalah karena Kaesang anak Presiden Jokowi.
PSI menjadikan Kaesang sebagai ketua umum tentu ada maksud dan tujuannya. Hal yang absurd kalau PSI melakukan itu tanpa maksud dan tujuannya.
Salah satu maksud dan tujuan PSI menjadikan Kaesang sebagai ketua umum mereka bisa jadi untuk kepentingan elektoral. Kaesang bisa menjadi "umpan" dan daya tarik bagi anak muda dan para pemilih pemula di Pemilu 2024 nanti.
Selain itu mungkin masih ada (atau banyak) maksud dan tujuan lainnya. Hanya PSI sendiri dan Tuhan yang tahu akan hal itu.
Masalah Kaesang yang baru jadi anggota PSI selama tiga hari didaulat jadi ketua umum PSI itu adalah urusan PSI sendiri. Namun sebagian publik banyak mempertanyakan mekanisme pengangkatan atau penentuannya.
Biasanya seorang ketua umum partai politik adalah kader yang memang sudah sangat senior dan sudah "berdarah-darah" berjuang untuk partai.