Menjelang Pemilu 2024, saat ini sudah banyak gambar atau baliho calon anggota legislatif bertebaran di mana-mana. Ada yang ditempel di pohon-pohon, tiang listrik, dinding gedung, atau tempat lain yang memungkinkan gambar atau baliho bisa dipasang.
Diantara gambar atau baliho itu mungkin ada beberapa wajah yang familiar bagi banyak orang. Sebab sebagian dari mereka adalah artis yang sudah dikenal luas oleh masyarakat.
Tak sedikit artis yang melakukan career switch alias "banting setir" terjun ke dunia politik dan menjadi politisi. Mereka mencoba peruntungan di dunia politik yang cukup berbeda dari dunia mereka saat ini. Â Â
Fenomena career switch alias "banting setir" artis menjadi politisi bukanlah sesuatu yang baru. Hal itu sudah lama terjadi.
Hanya saja mungkin ada yang sekedar "sampingan" atau mungkin ada juga yang total terjun jadi politisi. Artinya ada artis yang masih menjalani profesi artis kendati sudah jadi politisi. Namun ada juga artis yang berhenti sama sekali dari keartisannya setelah jadi politisi.
Tak ada yang salah sama sekali dengan artis yang jadi politisi. Selama memiliki kapasitas dan kapabilitas, mengapa tidak?
Namun ada juga pihak yang seringkali mempermasalahkan atau mempertanyakan kemampuan artis yang terjun ke dunia politik. Seolah-olah artis yang terjun ke dunia politik, artis yang jadi politisi hanya bermodal dan mengandalkan tampang atau popularitas minus kapasitas dan kapabilitas.
Padahal sesungguhnya banyak artis yang memiliki kapasitas dan kapabilitas cukup mumpuni. Bahkan maaf, mungkin di atas para politisi murni itu sendiri.
Artis itu kan hanya profesi. Sedangkan kapasitas dan kapabilitas itu ada dalam diri artis yang bersangkutan.
Kita mengenal beberapa nama politisi yang handal dan smart. Sebut saja misalnya nama Nurul Arifin (Partai Golkar) dan Desy Ratnasari (Partai Amanat Nasional/PAN).