Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Egalitarianisme dalam Pelaksanaan Wukuf di Arafah

27 Juni 2023   06:51 Diperbarui: 27 Juni 2023   10:02 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 9 Zulhijjah 1444 Hijriyah seluruh umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah haji semua berkumpul di Padang Arafah untuk melaksanakan wukuf. Wukuf adalah salah satu rukun haji yang harus dilaksanakan oleh mereka yang melaksanakan ibadah haji. Jika tidak, maka ibadah hajinya batal alias tidak sah.

Tahun ini otoritas Arab Saudi kembali memberlakukan kuota haji normal seperti sebelum terjadinya pandemi covid-19. Kuota haji yang diberikan oleh otoritas Arab Saudi kepada semua negara berpenduduk muslim dari seluruh dunia di tahun 2023 ini sekira 2 juta orang.

Indonesia termasuk negara yang diberi kuota haji paling banyak. Kuota haji yang diberikan otoritas Arab Saudi kepada Indonesia sebanyak 221.000 orang plus tambahan 8.000 orang.

Negara selanjutnya yang diberikan kuota haji terbanyak setelah Indonesia berturut-turut adalah Pakistan (179.210 orang), India (175.025 orang), Bangladesh (127.198 orang), Nigeria (95.000 orang), dan Iran (87.550 orang).

Kemudian disusul Turki (79.000 orang), Mesir (78.000 orang), Aljazair (41.300), dan Sudan (32.000 orang).

Kuota haji yang diberikan kepada 10 (sepuluh) negara di atas termasuk Indonesia, jika dikumulatifkan mencapai 1.115.283 orang. Artinya negara-negara selain 10 (sepuluh) negara itu diberikan kuota lebih sedikit dari ke-10 negara itu.

Sebanyak dua juta orang jemaah haji dari sekuruh penjuru dunia itu hari ini berkumpul di Padang Arafah untuk melaksanakan wukuf. Mereka bahkan datang dari negeri yang sangat jauh, baik dari Afrika, Amerika, Australia, Eropa, dan juga Asia.

Ilustrasi wukuf di Padang Arafah (Sumber: tribunnewswiki.com)
Ilustrasi wukuf di Padang Arafah (Sumber: tribunnewswiki.com)

Jutaan jemaah haji itu datang dari berbagai negara dengan beragam status dan strata sosial. Diantara mereka sangat mungkin dan hampir pasti ada pejabat, birokrat, akademisi, konglomerat, pengusaha, militer, pegawai, pedagang, nelayan, petani, dan lain-lain.

Jutaan jemaah haji itu semua hadir dan berkumpul tanpa kecuali di tempat yang sama, yakni Padang Arafah. Mereka berada di sana dengan tujuan yang sama, yakni untuk melakukan wukuf bersama-sama. Mereka juga di sana dengan memakai pakaian yang sama, yakni dua helai kain warna putih dan tak berjahit.

Jemaah haji hadir dan berkumpul di Padang Arafah juga dengan mengenyampingkan status dan strata sosial. Mereka yang kaya dan miskin, tua dan muda, pejabat dan rakyat, dan lain-lain semua berbaur tanpa sekat menjadi satu.

Itulah egalitarianisme yang ada dalam ajaran Islam. Islam memandang pada hakikatnya manusia itu sama. Tak ada perbedaan satu sama lain. Tak ada strata sosial dan tak ada status sosial yang berbeda.

Dalam kehidupan sehari-hari strata sosial dan status sosial kadang membuat manusia tersekat-sekat satu sama lain. Strata sosial dan status sosial seringkali memisahkan kesejatian alias hakikat manusia sendiri.

Namun pada waktu wukuf di Padang Arafah, manusia seolah-olah diingatkan kembali agar tidak lupa diri, tidak lupa akan hakikat dirinya, bahwa pada dasarnya manusia tidak ada perbedaan satu sama lain. Semua manusia sama.

Siapa pun dia tanpa kecuali ketika waktu wukuf harus mau berpanas-panas ria merasakan sengatan matahari di Padang Arafah. Siapa pun dia tanpa kecuali ketika wukuf harus mengenakan dua helai kain putih tak berjahit.

Di Padang Arafah semua manusia berbaur menjadi satu. Baik dari Afrika, Amerika, Eropa, Asia, atau tempat lainnya bersatu dan berkumpul di Padang Arafah. Oleh karena itu momentum wukuf di Arafah seringkali pula disebut sebagai "pertemuan akbar" umat Islam dari seluruh dunia.

Dengan wukuf di Arafah diharapkan umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah haji menyadari kembali hakikat dirinya sebagai manusia, yaitu pada dasarnya derajat manusia itu sama. Tak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah.

Ketika semua menyadari bahwa pada dasarnya hakikat manusia itu sama, maka tak akan ada lagi manusia yang merendahkan manusia lainnya. Tak akan ada lagi manusia yang merasa superior di atas manusia lainnya. Itulah ajaran kemanusiaan yang sesungguhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun