Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Segar Artikel Utama

Apa Kabar Berat Badan Setelah Bulan Ramadan dan Sehabis Lebaran?

29 April 2023   08:37 Diperbarui: 30 April 2023   10:03 2598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: tribunnews.com

Berat badan berkaitan dengan pola hidup dan pola makan. Orang yang sering makan, banyak makan, atau segala dimakan kemungkinan akan memiliki berat badan yang berlebihan. Apalagi jika pola hidupnya tidak beraturan, seperti makan dan tidur tidak teratur misalnya.

Mungkin juga ada orang yang jarang makan (nasi) atau tidak terlalu banyak makan (nasi) tapi sering ngemil makan makanan yang mengandung banyak lemak atau gula, ya sama saja. Kemungkinan orang itu juga akan memiliki berat badan yang berlebihan.

Selama bulan Ramadan orang dilatih untuk disiplin dalam hal makan. Biasanya hanya dua kali, waktu berbuka dan waktu sahur.

Pola makan yang teratur dari segi kesehatan memiliki banyak manfaat. Salah satunya adalah dapat mengontrol berat badan.

Orang yang berpuasa Ramadan dengan demikian (seharusnya) memiliki berat badan yang stabil dan proporsional. Kecuali jika sebelumnya memang sudah memiliki berat badan yang berlebihan.

Tapi tidak jarang juga banyak orang yang berpuasa selama bulan Ramadan berat badannya turun. Paling tidak turun satu atau dua kilogram. Lumayan.

Jadi selama bulan Ramadan, orang relatif lebih bisa menjaga pola makan dan berat badan. Berarti secara fisik, dengan melakukan puasa selama bulan Ramadan orang relatif menjadi lebih sehat.

Masalah dan tantangan justru datang setelah bulan Ramadan. Apakah orang masih bisa menjaga pola makan seperti di bulan Ramadan? Nampaknya sedikit orang yang bisa melakukannya.

Pada umumnya setelah tidak lagi berpuasa, pola makan orang menjadi kembali "berantakan". Orang bisa makan kapan saja dan apa saja dimakan. Ngemil tiap waktu dan tiap waktu ngemil.

Dampaknya pasti terhadap berat badan. Berat badan yang stabil dan terkontrol selama bulan Ramadan, kemungkinan besar akan kembali tak karuan. Tak percaya? Coba saja timbang berat badan kita sendiri!

Apakah berat badan kita berkurang atau bertambah? Saya tidak terlalu yakin kalau berat badan setelah bulan Ramadan atau setelah lebaran jadi berkurang. Sebaliknya, kemungkinan besar berat badan akan semakin bertambah.

Sumber: tribunnews.com
Sumber: tribunnews.com

Namun kita tak usah khawatir selama pertambahan berat badan masih wajar dan tidak terlalu berlebihan. Yang penting kita sehat dan merasa nyaman.

Berat badan yang berlebihan tidak ditentukan secara langsung oleh berat badan dalam kilogram, tetapi lebih pada indeks massa tubuh (IMT). Hal itu dengan cara membagi berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter).

Kategori IMT yang umum digunakan oleh WHO (World Health Organization) adalah:

  • Berat badan kurang (under wight) IMT di bawah 18,5;
  • Berat badan normal (normal weight) IMT antara 18,5 sampai 24,9;
  • Kelebihan berat badan (overweight) IMT antara 25,0 sampai 29,9
  • Obesitas Kelas I IMT antara 30 sampai 34,9;
  • Obesitas Kelas II IMT antara 35,0 sampai 39,9
  • Obesitas Kelas III IMT 40,0 ke atas

Kita ambil sebuah contoh. Tinggi badan seseorang 170 cm dan berat badannya 80 kilogram. Apakah orang tersebut kekurangan berat badan, normal, atau kelebihan berat badan? Mari kita hitung dengan menggunakan rumus di atas.

Kita cari dulu hasil kuadrat tinggi badan (dalam meter). Berarti 1,7 meter dikali 1,7 meter sama dengan 2,89. Sekarang kita bagi berat badan (80 kilogram) dengan 2,89. Hasilnya adalah 27,68.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa orang tersebut masuk kategori kelebihan berat badan (overweight). Sebab berdasarkan kategori WHO, kelebihan berat badan (overweight) antara 25,0 sampai 29,9.

Sumber: tribunnews.com
Sumber: tribunnews.com

Ada lagi rumus lain yang cukup populer untuk menentukan atau mengetahui berat badan ideal. Rumus tersebut dikenal sebagai "Rumus Broca" (karena ditemukan oleh Paul Broca).

Rumus Broca yang dimaksud adalah tinggi badan (dalam sentimeter) dikurangi 100. Kemudian kurangkan lagi tinggi badan (dalam sentimeter) dengan 100, kalikan dengan 10 persen untuk laki-laki dan kalikan dengan 15 persen untuk perempuan.

Hasil pengurangan tinggi badan yang pertama kurangkan dengan hasil pengurangan dan perkalian yang kedua. Itulah berat badan ideal.

Kita ambil lagi sebuah contoh. Seorang perempuan memiliki tinggi 162 cm dan berat badan 60 kilogram. Apakah berat badan perempuan tersebut ideal? Mari kita hitung.

Tinggi badan 162 cm dikurangi 100 sama dengan 62 cm. Kemudian 62 cm dikali 15 persen, sama dengan 9,3. Hasil akhir 62 dikurangi 9,3, sama dengan 52,7 kilogram.

Berarti berat badan perempuan tersebut kurang ideal. Sebab berat badan ideal bagi seorang perempuan dengan tinggi badan 162 cm adalah sekira 52,7 kilogram.

Nah sekarang kita cek berat badan masing-masing. Semoga hasilnya sesuai harapan. Kalau pun tidak, bersabarlah.

Demikian. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun