Apa itu musibah? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, musibah adalah kejadian (peristiwa) menyedihkan yang menimpa. Musibah sinonim dengan malapetaka atau bencana.
Musibah dapat mengambil banyak bentuk. Mungkin bersifat alamiah dan bisa juga bersifat non-alamiah, yakni (akibat) perbuatan/perilaku manusia.
Musibah yang bersifat alamiah sebut saja seperti gempa bumi, banjir, longsor, badai, letusan gunung merapi, tsunami, dan sebagainya. Selain itu juga wabah penyakit seperti flu burung, Covid-19, ebola, SARS, malaria/demam berdarah, dan lain-lain.
Sedangkan musibah yang diakibatkan perbuatan/perilaku manusia mungkin lebih banyak. Seperti kecelakaan kendaraan, konflik dan perang, kegagalan teknologi, kegagalan/kerugian ekonomi, dan sebagainya.
Musibah yang bersifat alamiah mungkin saja tidak murni alamiah, sebab ada campur tangan manusia di dalamnya. Seperti longsor memang bersifat alamiah, tapi bisa jadi akibat perilaku buruk manusia yang menebang pohon sembarangan. Demikian juga banjir misalnya, akibat perilaku buruk manusia membuang sampah sembarangan.
Sebaliknya musibah yang diakibatkan perbuatan/perilaku manusia juga bisa jadi tidak murni akibat perbuatan/perilaku manusia sendiri. Di dalamnya ada campur tangan alam.
Sebut saja misalnya kerugian ekonomi dalam pertanian. Mungkin bukan karena faktor salah kalkulasi atau kelalaian dari manusia, tapi karena faktor bencana alam (misal banjir, hama, badai, dan sebagainya) yang menimpa lahan pertanian. Sehingga hal itu mengakibatkan kerugian ekonomi.
Musibah bisa dilihat dari tiga perspektif, yakni filsafat, sains, dan agama. Dalam perspektif filsafat, musibah seringkali dipahami sebagai bagian kondisi manusia yang tidak dapat dihindari. Musibah adalah bagian dari realitas hidup yang harus diterima manusia sebagai bagian dari makhluk hidup yang nisbi.
Dalam perspektif sains, musibah seringkali dipandang sebagai peristiwa alam atau kejadian tak terduga yang dihasilkan dari fenomena alamiah yang kompleks dan beragam. Musibah adalah fenomena alam yang tidak bisa dihindari, tetapi manusia dapat beusaha untuk mengurangi dampak negatifnya melalui penelitian dan tekonolgi.
Sebagai contoh penelitian tentang seismologi dan vulkanologi. Hal itu dapat membantu manusia memahami bagaimana gempa bumi dan letusan gunung berapi terjadi, sehingga kemudian manusia dapat mengembangkan strategi mitigasi bencana untuk mengurangi dampak negatif dan kerugian akibat gempa bumi dan letusan gunung berapi. Â