Cianjur, sekira pukul 13.21 WIB Senin siang (21/11). Orang-orang yang sedang berada di dalam rumah, gedung perkantoran, dan bangunan lainnya berhamburan ke luar. Hal itu karena mereka merasakan ada goncangan akibat gempa yang cukup kuat.
Goncangan gempa hanya berlangsung sebentar. Di sebagian tempat di wilayah Cianjur bahkan hanya terasa 4-5 detik saja.
Kendati demikian, dampak goncangan gempa cukup parah. Banyak bangunan roboh. Tak sedikit pula bangunan lain rusak berat dan ringan.
Diantara bangunan yang terdampak gempa adalah gedung DPRD Kabupaten Cianjur, sejumlah gedung perkantoran (seperti gedung Kantor Urusan Agama), dan sejumlah tempat ibadah.
Tak hanya itu, berdasarkan rilis dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) pukul 19.34 WIB, tercatat ada 62 orang meninggal dunia. Kebanyakan dari mereka yang meninggal itu anak-anak.
Selain itu tercatat pula sekira 700 an orang menderita luka-luka. Sebagian besar luka berat, sebagian lagi luka ringan.
Mereka yang menderita luka-luka karena tertimpa bagian bangunan yang roboh dan juga terkena material bangunan lainnya. Sebagian dari mereka dirawat di rumah sakit, terutama yang mengalami luka berat. Namun mereka yang mengalami luka ringan dirawat oleh kerabat atau tetangga masing-masing.
Organisasi para dokter Indonesia, IDI (Ikatan Dokter Indonesia) menyebutkan bahwa ada sekira 200 an dokter dan tenaga medis membantu para korban gempa. Baik yang ada di rumah sakit atau pun yang berada di luar rumah sakit.
Menurut BMKG (Badan Metorologi, Klimatologi, dan Geofisika), gempa berada di kedalaman 10 kilometer, 5,6 magnitudo, dan berada 10 kilometer Barat Daya Kabupaten Cianjur. Gempa tersebut juga dinyatakan oleh BMKG tidak berpotensi tsunami.
Wilayah kecamatan yang terdampak cukup parah ada dua, yakni Kecamatan Cugenang dan Kecamatan Warungkondang. Dua kecamatan itu memang saling berdekatan dan saling berbatasan. Keduanya disebut-sebut berada di pusat gempa.