Sepak bola Indonesia berduka. Bagaimana tidak, ratusan nyawa melayang sia-sia akibat ulah sekumpulan orang yang tidak memahami makna fair play dalam olah raga.
Tragedi kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu malam WIB (01/10) adalah potret buram sepak bola Indonesia. Pertandingan olahraga yang seharusnya menghibur, menyenangkan, menggembirakan, dan penuh dengan nilai-nilai sportivitas, malah berujung malapetaka dan duka.
Menang atau kalah sesungguhnya merupakan hal yang lumrah dalam sepak bola, termasuk dalam olah raga lainnya. Semua pihak seharusnya memiliki sikap legowo, bisa menerima kemenangan atau kekalahan tim yang di-supportnya.
Tapi dalam tragedi kanjuruhan pasca pertandingan antara Arema FC versus Persebaya Surabaya, nampaknya sikap legowo menerima kekalahan itu tidak ada. Buktinya usai pertandingan suporter  Aremania turun ke lapangan melampiaskan ketidakpuasannya usai tim yang disupportnya itu kalah 2-3 dari Persebaya Surabaya.  Â
Para suporter  Aremania yang jumlahnya diperkirakan mencapai ratusan orang memasuki lapangan dengan maksud mencari para pemain dan offisial Aremania. Tentu saja pihak kepolisian melakukan antisipasi pengamanan. Bentrokan antara pihak kepolisian dengan para suporter  pun tak terelakkan.
Selain menyerang aparat kepolisian, sebagian suporter  Aremania juga disebut-sebut merusak sejumlah fasilitas yang ada di dalam stadion. Aparat kepolisian pun kemudian menghalau mereka dengan menembakkan gas air mata.  Â
Ditembak dengan gas air mata tentu saja membuat para suporter panik. Menurut Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta seperti dirilis detik.com (02/10), para suporter kemudian pergi ke satu titik, yakni pintu 10.
Di sana terjadi penumpukkan massa. Massa yang panik saling berebut untuk bisa keluar stadion lebih dulu. Mereka saling berdesak-desakan. Sebagian ada yang terinjak-injak dan sebagian kehabisan oksigen.
Berdasarkan rilis cnnindonesia.com (02/10), update terakhir korban meninggal akibat tragedi kanjuruhan mencapai 174 orang. Selain itu ada 11 orang luka berat dan 298 orang lainnya luka ringan.
Nyawa 174 orang itu bukan angka yang sedikit dan tidak bisa dipandang main-main. Jangankan nyawa 174 orang, nyawa satu orang saja jauh lebih bernilai dari sepak bola itu sendiri.