Ketua DPP PDI Perjuangan yang juga Ketua DPR RI Puan Maharani menemui Ketua Umum Partai Gerindra yang juga Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto di kediaman Prabowo Subianto sendiri di Hambalang, Minggu (04/09). Kunjungan ini tentu tidak bisa dipandang sebagai kunjungan biasa.
Pertemuan tokoh politik dengan tokoh politik sulit untuk disebut sebagai kunjungan biasa. Kunjungan tersebut hampir pasti terkait erat dan dalam rangka konsolidasi dan persiapan Pilpres (Pemilihan Umum Presiden) 2024 nanti. Â Â
Apalagi dalam kunjungan tersebut Puan Maharani mengaku membawa pesan rahasia dari ibundanya yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri untuk Prabowo Subianto. Menurut Puan, hanya dirinya dan Prabowo yang mengetahui pesan itu.
Sebagaimana diketahui, Puan Maharani dan Prabowo Subianto keduanya disebut-sebut akan maju sebagai calon presiden (capres) pada Pilpres 2024 nanti. Puan Maharani sebagai capres dari PDI Perjuangan dan Prabowo Subianto sebagai capres dari Partai Gerindra.
Kepastian Puan Maharani akan maju sebagai capres pada Pilpres 2024 nanti memang masih menjadi tanda tanya. Sebab PDI Perjuangan sampai saat ini belum mendeklarasikan siapa tokoh yang akan diusung sebagai capres 2024 nanti.
Hal berbeda dengan Partai Gerindra. Jauh-jauh hari Partai Gerindra sudah menyatakan dan mendeklarasikan ketua umum mereka, yakni Prabowo Subianto sebagai capres.
Namun wacana duet antara Prabowo Subianto dengan Puan Maharani sudah mengemuka sejak lama. Kedekatan Prabowo Subianto dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri adalah sinyal akan terjadinya duet itu.
PDI Perjuangan dan Partai Gerindra banyak yang percaya akan berkoalisi dalam Pilpres 2024 nanti. Konkretnya Prabowo Subianto akan berpasangan dengan Puan Maharani di Pilpres 2024 nanti. Â
PDI Perjuangan sesungguhnya bisa mengusung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) sendiri tanpa berkoalisi dengan partai politik (parpol) lainnya. Kendati demikian PDI Perjuangan tetap membutuhkan mitra koalisi untuk melebarkan dan memperluas dukungan.
Mitra koalisi itu bisa jadi dan sangat mungkin adalah partainya Prabowo Subianto, yakni Partai Gerindra. Walau pun tidak menutup kemungkinan PDI Perjuangan juga akan berkoalisi dengan parpol selain Partai Gerindra.
Berbeda dengan PDI Perjuangan, Partai Gerindra tidak bisa mengusung pasangan capres-cawapres sendirian. Partai Gerindra mutlak membutuhkan parpol lain sebagai mitra koalisi. Paling tidak, parpol tersebut bisa menggenapkan suara Partai Gerindra menjadi 20 persen, sehingga bisa mengusung pasangan capres-cawapres.
Oleh karena itu tidak mengherankan jika Partai Gerindra aktif menjalin komunikasi dengan parpol lain. Seperti yang dilakukan parpol besutan Prabowo Subianto itu beberapa waktu lalu, dengan menjalin komunikasi intens dengan PKB (Partai Kebangkitan Bangsa).
Bahkan komunikasi intens Partai Gerindra dengan PKB itu kemudian menghasilkan kesepakatan bahwa kedua parpol tersebut resmi berkoalisi untuk menghadapi Pilpres 2024 mendatang. Ketua umum kedua parpol sudah menandatangani piagam deklarasi kerja sama, Sabtu, 13 Agustus 2022 lalu.
Kendati sudah resmi berkoalisi, akan tetapi Partai Gerindra dan PKB belum menentukan atau mendeklarasikan pasangan capres-cawapres yang akan diusung di Pilpres 2024. Dalam piagam deklarasi disebutkan bahwa capres-cawapres yang akan diusung akan ditentukan bersama-sama oleh Ketua Umum Partai Gerindra dan Ketua Umum PKB.
Banyak yang memprediksi bahwa koalisi Partai Gerindra dengan PKB akan mengusung Prabowo Subianto sebagai capres dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin sebagai cawapres. Hal yang kurang mungkin jika "komposisi" capres-cawapres dibalik. Sebab elektabilitas Prabowo Subianto jauh lebih tinggi daripada elektabilitas Cak Imin.
Selain itu jumlah suara Partai Gerindra juga lebih besar dari suara PKB. Partai Gerindra memiliki modal suara 12,57 persen, sednagkan PKB hanya 9,69 persen.
Merapatnya PDI Perjuangan kepada Prabowo Subianto dan Partai Gerindra bukan tidak mungkin akan mengganggu hubungan Partai Gerindra dengan PKB. Hal itu jika niat PKB berkoalisi dengan Partai Gerindra semata-mata karena alasan Cak Imin supaya digandeng menjadi cawapres Prabowo Subianto.
Kalau boleh memilih, tentu saja Prabowo Subianto akan lebih memilih Puan Maharani sebagai cawapresnya daripada Cak Imin. Hal itu cukup logis, sebab PDI Perjuangan jauh lebih besar dibandingkan dengan PKB.
Nasib Cak imin sebagai bakal cawapres Prabowo Subianto bisa buyar dengan hadirnya Puan Maharani. Apakah dengan begitu PKB akan berpisah dengan Partai Gerindra?
Kembali kepada niat PKB berkoalisi. Kalau PKB berkoalisi dengan Partai Gerindra karena semata-mata ingin Cak Imin digandeng Prabowo sebagai cawapres, maka PKB bisa jadi akan berpisah dengan Partai Gerindra.
Akan tetapi jika niat PKB berkoalisi dengan Partai Gerindra karena ingin membangun kekuatan besar, maka PKB akan tetap berkoalisi dengan Partai Gerindra kendati Cak Imin tidak digandeng oleh Prabowo Subianto sebagai cawapres misalnya. Apakah itu akan terjadi? Kita lihat saja nanti. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H