Si pemecah batu merasa hebat dan gagah
Karena ia bisa menghancurkan gunung batu
Yang berdiri kokoh, kuat, dan keras
Tapi pada suatu waktu
Dia merasa iri kepada matahari
Karena sinar dan panas sang mentari
Membakar kulitnya setiap hari
Dan membakar apa saja yang ada di bumi
Hebat nian, si pemecah batu bergumam
Si pemecah batu pun ingin menjadi matahari
Tuhan mendengar dan mengabulkan keinginannya
Lalu si pemecah batu pun menjadi matahari
Setelah jadi matahari, dia semakin sombong
Apa pun yang ada di bumi dibakarnya
Namun pada suatu waktu si matahari kecewa
Sinar teriknya ada yang menghalangi
Hingga terhambat tidak sampai ke bumi
Dialah awan nan tebal
Si matahari pun iri kepada awan
Dia ingin menjadi awan
Tuhan mendengar dan mengabulkan keinginannya
Lalu si matahari pun menjadi awan
Tiap hari si awan usil
Menghambat dan menghalangi sinar matahari
Hingga terhambat tidak sampai ke bumi
Si awan senang hati
Namun pada suatu waktu si awan ketakutan
Sebab ada angin bertiup kencang menyingkirkannya
Dia tidak bisa bertahan dan terbawa terbang
Si awan pun iri kepada angin
Dia ingin menjadi angin
Tuhan mendengar dan mengabulkan keinginannya
Lalu si awanpun menjadi angin
Si angin merasa lebih gagah dan berkuasa
Apa saja yang ada ditiupnya
Hingga hancur porak poranda
Namun pada suatu waktu si angin merasa jengkel
Sebab tak semua bisa ditiup dan dihancurkannya
Ada satu yang tak bisa dikalahkannya
Dialah gunung batu, yang berdiri kokoh, kuat dan keras
Si angin pun iri kepada gunung batu
Dia ingin menjadi gunung batu
Tuhan mendengar dan mengabulkan keinginannya
Lalu si angin pun menjadi gunung batu
Si gunung batu merasa paling gagah dan kuat
Pikirnya tak akan ada yang bisa mengalahkannya
Namun suatu waktu datanglah seorang pemecah batu
Si pemecah batu itu dengan gagahnya
Memecah dan membelah si gunung batu
Si gunung batu pun akhirnya ingin kembali
Menjadi seorang pemecah batu
Itulah hidup dan kehidupan
Kadang kita iri ingin menjadi orang lain
Padahal di sisi lain ada orang lain
Yang ingin menjadi diri kita
Bersyukur, itulah kunci hidup bahagia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H