Tahun 1800-an atau sekira dua ratus tahun yang lalu, seorang "crazy rich" Aceh bernama Habib Abdurrahman Al-Habsyi atau yang populer disebut Habib Bugak Asyi mewakafkan tanah dan rumah miliknya. Habib Abdurrahman Al-Habsyi dikenal dengan Habib Bugak karena berasal dari Bugak, Peusangan, Matang Glampang Dua, Kabupaten Bireun, Aceh.
Tanah dan rumah Habib Bugak Asyi yang diwakafkan itu berada di Mekkah. Lokasinya sangat strategis karena terletak sangat dekat dengan ka'bah (Masjidil Haram). Wakaf dari Habib Bugak Asyi dikenal dengan nama wakaf  "Baitul Asyi", artinya wakaf "Rumah Aceh".
Habib Bugak Asyi mengkirarkan wakaf tanah dan rumah miliknya itu untuk tempat tinggal jamaah haji asal Aceh dan juga tempat tinggal orang asal Aceh yang menetap di Mekkah.
Namun sekiranya karena sesuatu sebab tidak ada lagi orang Aceh yang datang ke Mekkah untuk beribadah haji, maka wakaf itu digunakan untuk tinggal para pelajar (santri atau mahasiswa) asal Jawi (Istilah Jawi maksudnya bukan Jawa, tapi dimaksudkan untuk menyebut pelajar atau mahasiswa asal wilayah Asia Tenggara).
Saat Masjidil Haram diperluas, wakaf dari Habib Bugak Asyi terkena dampaknya. Tanah dan rumah wakaf Habib Bugak Asyi termasuk lokasi perluasan Masjidil Haram. Dengan demikian wakaf dari Habib Bugak Asyi diberikan ganti rugi. Harga ganti rugi wakaf dari Habib Bugak Asyi sudah pasti sangat mahal. Â
Oleh nadzir (peneglola wakaf) uang ganti atas wakaf Habib Bugak Asyi itu kemudian digunakan untuk membeli dua bidang tanah yang letaknya masih cukup dekat dari kawasan Masjidil Haram. Jaraknya hanya sekira setengah kilo meter dari Masjidil Haram.
Di atas tanah tersebut oleh pengusaha kemudian dibangun hotel. Oleh karena letak hotel sangat strategis, hotel tersebut selalu ramai oleh para pengunjung. Tentu saja hal itu sangat menguntungkan pihak pengusaha.
Keuntungan dari pengelolaan hotel dilakukan dengan sistem bagi hasil. Sebagian keuntungan atau manfaat dari pengelolaan hotel dikembalikan kepada peruntukkan awal wakaf Habib Bugak Asyi, yakni untuk orang Aceh.
Namun tidak setiap orang Aceh mendapat hasil atau manfaat dari wakaf produktif Habib Bugak Asyi. Orang Aceh yang mendapat hasil atau manfaat dari wakaf produktif Habib Bugak Asyi hanya mereka yang datang ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji.
Sejak tahun 2005 setiap pelaksanaan ibadah haji, setiap jamaah haji asal Aceh mendapat manfaat dari wakaf produktif Habib Bugak Asyi. Mereka mendapat manfaat berupa uang yang nilainya jutaan rupiah.
Tahun terakhir pelaksanaan ibadah haji sebelum terjadinya pandemi covid-19, yakni tahun 2019 lalu, ada sebanyak 4.688 jamaah haji asal Aceh yang menerima manfaat uang dari wakaf produktif Habib Bugak Asyi. Setiap orang menerima 1.200 riyal Arab Saudi, atau setara Rp. 4,5 juta.
Berarti total manfaat uang dari wakaf produktif Habib Bugak Asyi alias Baitul Asyi yang diberikan kepada setiap jamaah haji asal Aceh pada tahun 2019 lalu itu sekira Rp. 21 miliar. Jumlah yang tidak sedikit.
Aset wakaf Baitul Asyi saat ini sudah semakin banyak dan berkembang. Hal itu tidak terlepas dari pengelolaan yang amanah dan profesional.
Saat ini aset wakaf Baitul Asyi ada 5 (lima) buah, yang nilainya tentu tidak kecil. Yaitu, pertama, Hotel Elaf al-Mashaer. Hotel bintang lima ini terletak di kawasan elit Ajiyad Mushafi. Jaraknya hanya sekira 250 meter dari Masjidil Haram. Hotel ini berkapasitas 650 kamar.
Kedua, Hotel Ramada. Hotel ini masih berada di kawasan elit Ajiyad Mushafi. Jaraknya sekira 300 meter dari Masjidil Haram. Namun hotel bintang lima ini memiliki kapasitas lebih besar dari Hotel Elaf al-Mashaer. Hotel ini berkapasitas 1.800 kamar.
Ketiga, Hotel Wakaf Habib Bugak Asyi. Hotel ini agak jauh dari Masjidil Haram. Hotel ini terletak di Aziziah yang jaraknya sekira 4 kilo meter dari Masjdil Haram. Hotel ini bisa menampung 750 orang jamaah haji.
Keempat, Kantor Wakaf Habib Bugak Asyi di Mekkah. Kantor ini berdiri di atas tanah seluas 900 meter persegi.
Terakhir kelima, sebuah gedung yang terletak di Syaikiyah. Gedung ini digunakan untuk tempat tinggal warga Arab Saudi keturunan Aceh dan orang Aceh yang tinggal di Arab Saudi. Mereka boleh menempati gedung tersebut secara gratis dan tanpa batas waktu.
Itulah investasi luar biasa dari Habib Bugak Asyi. Investasi berupa wakaf tersebut tidak hanya bernilai dunia, tapi juga bernilai akhirat.
Banyak orang yang bisa menikmati manfaat dari kebaikan yang ditabur oleh Habib Bugak Asyi. Termasuk setiap jamaah haji asal Aceh yang melaksanakan ibadah haji, yang mendapat manfaat berupa uang yang jumlahnya jutaan rupiah, setiap tahunnya. Luar biasa. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H