Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Manusia yang Paling Baik, Apa Ukurannya?

11 Mei 2022   07:44 Diperbarui: 11 Mei 2022   10:54 1086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manusia (Sumber: pixabay.com) 

Siapa manusia yang paling baik? Apakah orang kaya, orang pintar, orang terkenal, orang yang tinggi jabatannya, orang yang disegani, orang yang ditakuti, atau orang yang dihormati? Bukan, walau pun bisa jadi diantara orang-orang itu ada yang masuk kategori manusia yang paling baik.

Dalam salah satu hadits shahih dengan sanad dari Jabir dan rawi Imam Thabrani dan Imam Daruquthni, Nabi saw mengatakan bahwa sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia (lainnya).

Bunyi teks hadits tersebut sebagai berikut, "...Wa khoerun an-naas anfa'uhum li an-naas". (Dan sebaik-baik manusia adalah mereka yang lebih bermanfaat bagi manusia lainnya).

Dalam hadits tersebut, yang jadi ukuran manusia yang paling baik adalah "yang paling bermanfaat" bagi manusia lainnya. Jadi bukan mereka yang kaya, orang pintar, orang terkenal, orang yang tinggi jabatannya, orang yang disegani, orang yang ditakuti, atau orang yang dihormati, dan lain-lain.

Jadi siapa pun kita, baik kaya atau tidak, pintar atau tidak, terkenal atau tidak, punya jabatan atau tidak, disegani dan dihormati atau tidak, dan lain-lain, punya potensi dan kesempatan untuk menjadi manusia yang terbaik. Sebab kita bisa memberikan manfaat kepada orang lain sesuai kapasitas yang ada dalam diri kita sendiri.

Mungkin kita hanya orang biasa, tapi bukan berarti kita tidak bisa memberi manfaat kepada orang lain. Kita bisa memberi manfaat sesuai dengan kemampuan kita.

Semakin besar kita memberi manfaat kepada orang lain, maka semakin baiklah kita sebagai manusia. Sebagaimana ukuran baik dalam filsafat hedonisme misalnya, bahwa ukuran baik itu kenikmatan yang banyak. Semakin banyak kenikmatan, maka semakin baik.

Secara sederhana, manusia yang bermanfaat (atau dianggap bermanfaat oleh lingkungannya) itu ketika orang itu meninggal atau tiada misalnya. Orang-orang akan merasa kehilangan. Semakin banyak orang yang merasa kehilangan, itu sebagai indikasi bahwa dia yang meninggal atau tiada itu telah memberi banyak manfaat bagi yang lainnya.

Sebaliknya ketika ada orang yang meninggal atau tiada tapi orang-orang malah senang atau bersyukur, hal itu sebagai indikasi bahwa yang bersangkutan bukan orang yang biasa memberi manfaat kepada orang lain. Bahkan sangat mungkin yang bersangkutan merupakan orang yang banyak memberi mudharat kepada yang lainnya.

Dalam bahasa lain, orang yang bermanfaat itu ketiadaannya ditangisi. Sebaliknya orang yang tidak bermanfaat itu ketiadaannya malah disyukuri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun