Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Peringatan Isra Miraj, Momentum untuk Memahami Kembali Makna Ibadah Shalat

26 Februari 2022   15:57 Diperbarui: 26 Februari 2022   23:37 1829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Isra Miraj merupakan salah satu hari besar umat Islam. Isra Miraj biasa diperingati oleh umat Islam Indonesia setiap tanggal 27 Rajab tahun hijriyah setiap tahunnya.

Isra Miraj adalah sebuah peristiwa yang sangat penting bagi umat Islam. Sebab dari peristiwa itu ada sebuah perintah yang harus dilaksanakan oleh umat Islam yang sudah baligh (dewasa) sebagai sebuah kewajiban, yaitu perintah shalat wajib lima waktu (Shubuh, dhuhur, ashar, maghrib, dan isya).

Isra Miraj adalah sebuah peristiwa luar biasa. Disebut demikian karena peristiwa itu terjadi hanya dalam satu malam. Sementara jarak yang ditempuh sangatlah jauh.

Isra Miraj merupakan perjalanan sakral Nabi Muhammad SAW bersama malaikat dari Masjidil Haram yang ada di Mekkah ke Masjidil Aqsha yang ada di Palestina. Setelah itu Nabi SAW diangkat naik ke Sidratul Muntaha (tempat tertinggi/terjauh) yang ada di langit ke-7.

Peristiwa Isra Miraj mungkin terdengar seperti dongeng. Namun peristiwa tersebut benar-benar terjadi, benar-benar faktual. Hanya orang-orang yang beriman saja yang akan mempercayainya.

Peristiwa Isra Miraj juga sepintas seperti bertentangan dengan logika. Tapi tidak kalau menggunakan "logika" Tuhan. Sebab bagi Tuhan tak ada sesuatu pun yang tidak mungkin, tak ada sesuatu pun yang mustahil. Kata "tidak mungkin" atau "mustahil" hanya term untuk manusia.

Dalam salah satu ayat Al-Qur'an (QS. Al-Isra ayat 1) disebutkan, "Maha Suci Tuhan (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya dari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi di sekelilinya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami..."

Dalam ayat di atas jelas ada kata "memperjalankan". Artinya Nabi SAW itu tidak "berjalan" tapi ada yang "memperjalankan", yaitu Tuhan sendiri. Kalau sudah begitu selesai.

Ibaratnya seperti seekor semut yang terbawa oleh seseorang yang hendak ke sebuah swalayan dengan mengendarai motor misalnya. Semut itu nempel di jaket bagian belakang dan tidak terlihat oleh orang yang mengenakannya.

Beberapa saat kemudian si orang tadi balik lagi ke rumah. Si semut pun berkumpul dan bergabung lagi dengan teman-temannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun