Pakaian seragam kerja pada dasarnya disesuaikan dengan filososfi dan kebutuhan tiap lembaga, instansi, organisasi, atau perusahaan, dan lain-lain. Baik warna, model, dan termasuk jenis kain dari seragam kerja itu.
Misalnya pakaian seragam dinas pekerja kantoran dengan pakaian seragam dinas pekerja lapangan misalnya, pasti akan berbeda. Pakaian seragam dinas ASN (Aparatur Sipil Negara) atau PNS (Pegawai Negeri Sipil) dengan pakaian seragam dinas kemiliteran juga tidak akan sama. Begitu pula dengan seragam dinas lembaga, instansi, organisasi, atau perusahaan lain yang berbeda.
Tak bisa dipungkiri bahwa saat ini pakaian seragam TNI (Tentara Nasional Indonesia) mungkin bisa disebut sebagai salah satu seragam yang disukai dan dikagumi banyak orang. Salah satu indikatornya adalah cukup banyak orang yang terobsesi ingin menggunakan seragam (mirip) TNI walau pun bukan anggota TNI.
Tak sedikit orang yang bukan anggota TNI tapi sering berpakaian ke TNI-TNI an dalam kesehariannya. Mulai dari jaket, kaos, celana, atau topi, dan lain-lain.
Beberapa organisasi atau LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) tak sedikit pula yang meniru-niru model seragam TNI. Hal itu bisa dimaknai bahwa seragam TNI memang disukai dan dikagumi oleh banyak orang.
Dalam hal ini mungkin tak sedikit pula kaum hawa yang memimpikan untuk memiliki pasangan atau suami berseragam TNI. Bahkan ada yang sangat terobsesi, sehingga memiliki suami seorang  tentara baginya adalah harga mati.
Seperti kisah nyata berikut ini. Kisah nyata seorang perempuan yang saat ini sudah berusia setengah baya.
Sebut saja namanya Rita. Sampai kini ia masih sendiri, belum memiliki suami. Saat ini Rita tinggal bersama adik-adiknya.
Rita belum bersuami hingga kini bukan karena ia "tidak laku". Tapi Rita belum menemukan calon suami yang sesuai dengan kriteria dirinya.
Rita ini mungkin seorang perempuan yang memiliki hanya satu prinsip atau kriteria dalam menentukan pasangan hidupnya. Rita sangat terobsesi dengan calon suami yang berseragam TNI.