Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Keuntungan dari Bertani Tak Cukup Menarik bagi Kaum Milenial?

7 November 2021   17:03 Diperbarui: 10 November 2021   18:11 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi petani padi di Indonesia. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Relatif kecilnya keuntungan dari bertani padi bisa jadi tidak cukup menarik bagi kaum milenial. Mereka kurang berminat untuk terjun menjadi petani padi. Tidak heran jika mereka kemudian lebih memilih bekerja di sektor lain. Sebab mereka menginginkan pendapatan yang lebih besar lagi. 

Namun hal berbeda jika bertani selain padi. Seperti bertani sayuran atau palawija misalnya. Termasuk juga bertani rempah-rempah.

Keuntungan dari bertani sayuran atau palawija bisa jadi lebih besar dari bertani padi. Sebab harga sayuran atau palawija kadang melambung tinggi. Dalam keadaan ini para petani  mendapatkan untung besar. Tak jarang banyak dari mereka menjadi orang kaya mendadak.

Namun terkadang juga harga sayuran atau palawija sangat murah sehingga para petani mengalami kerugian luar biasa. Seperti banyak kasus terjadi ketika harga tomat, kentang, bawang, atau sayuran lainnya sedang jatuh misalnya.

Para petani bahkan membiarkan tomat, kentang, bawang, atau sayuran lainnya membusuk di kebun mereka. Sebab harga tomat, kentang, bawang, atau sayuran lainnya itu jika dipanen bahkan tidak akan bisa menutup upah/biaya memanen sekali pun.

Nah kalau pun kaum milenial ada yang tertarik mejadi petani, mungkin mereka tidak akan memilih menjadi petani padi. Mereka akan lebih memilih menjadi petani sayuran, palawija, atau rempah-rempah. Sebab keuntungan dari bertani sayuran, palawija, atau rempah-rempah lebih besar dan lebih menjanjikan dari bertani padi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun