Maraknya baliho-baliho politisi menjelang pemilu, di satu sisi menambah meriahnya suasana kota. Namun di sisi lain baliho-baliho politisi juga seringkali mengganggu, merusak pemandangan, dan bahkan membahayakan.
Tak sedikit baliho-baliho politisi dipasang sembarangan, tidak pada tempatnya. Seperti ada baliho yang menghalangi papan nama kantor pelayanan umum, sehingga mereka yang berkepentingan dengan kantor itu kesusahan mencarinya.
Ada baliho dipasang di pohon-pohon di pinggir jalan dengan cara dipaku atau diikat dengan tambang/tali ke dahan pohon itu. Hal itu jelas merusak lingkungan.
Ada pula baliho yang membahayakan para pengendara karena baliho itu dipasang terlalu menjorok ke jalan atau baliho itu menutup rambu-rambu lalu lintas. Misalnya menutup tanda "tidak boleh berhenti", tanda "hati-hati tikungan tajam", tanda "jalan licin", dan sebagainya.
Aturan pemasangan baliho atau alat kampanye biasanya sudah jelas ada dalam peraturan KPU (Komisi Pemllihan Umum). Namun pengawasan terhadap implementasi aturan itu yang biasanya masih kurang. Â Â
Termasuk dalam hal penertiban dan pemberian sangsi kepada para  pemasang baliho sembarangan, masih ada semacam pilih kasih atau "pandang bulu". Sebagian ditertibkan atau disangsi, tapi sebagian lainnya tidak.
Pemilu alias pemilihan umum yang penuh kemeriahan memang tidak salah disebut sebagai "pesta demokrasi". Namun sesungguhnya yang berpesta bukanlah rakyat tapi para elit politik sendiri. Mereka yang wajah-wajahnya terpasang di banyak baliho itulah yang paling berkepentingan dengan "pesta demokrasi". Â Â
Rakyat sesungguhnya tidak terlalu berkepentingan dan tidak terlalu peduli siapa yang akan menjadi pemimpin atau wakilnya. Siapa pun asal mampu membuat negeri ini aman, tenteram, adil dan sejahtera, serta bisa menjadi sarana penyalur aspirasi. Hal itu bagi rakyat sudah cukup.
Setelah "pesta demokrasi" usai, urusan rakyat pun selesai. Tak ada pesta pora bagi mereka.
Pesta pora adalah milik para elit partai politik. Setelah "pesta demokrasi" usai, mereka, Â para elit partai politik yang berhasil memenangkan kontestasi itulah yang akan berpesta pora.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H