Dalam masyarakat Sunda ada sebuah adagium berbentuk pantun yang biasa digunakan sebagai nasehat atau motivasi untuk senantiasa melakukan kebaikan. Pantun dimaksud adalah :
Lamun melak cabe bakal jadi cabe
Lamun melak bonteng bakal jadi bonteng
Lamun melak hade bakal jadi hade
Lamun melak goreng bakal jadi goreng
Makna letterlijk dari adagium tersebut adalah :
Kalau menanam cabe akan berbuah cabe
Kalau menanam mentimun akan berbuah mentimun
Kalau menanam kebaikan akan berbuah kebaikan
Kalau menanam keburukan akan berbuah keburukan
Pantun tersebut mengajarkan bahwa kebaikan tidak akan tertukar dengan keburukan. Sebaliknya keburukan tidak akan tertukar dengan kebaikan. Kebaikan akan berbalas kebaikan dan keburukan akan berbalas keburukan lagi.
Namun kita jangan punya anggapan bahwa setiap kebaikan yang dilakukan akan dibalas oleh orang atau pihak yang kita berikan kebaikan kepadanya dan dengan kebaikan yang sejenis. Kebaikan yang kita lakukan bisa jadi akan dibalas bukan oleh mereka yang kita berikan kebaikan dan bukan dengan kebaikan yang sejenis.
Seperti ketika kita membantu orang yang kesusahan, karena tidak punya beras untuk makan misalnya. Kita kasih orang itu satu atau dua liter beras, bahkan sampai satu karung beras.
Balasan atas kebaikan kita memberikan beras kepada orang itu pasti akan kita dapatkan. Tapi bukan dari orang itu dan bukan dengan kebaikan yang sejenis.
Balasan atas kebaikan kita memberikan beras kepada orang itu mungkin akan kita dapatkan dari bos kita misalnya. Bisa jadi dalam bentuk kenaikan pangkat/jabatan, bonus, penghargaan, dan lain-lain.
Bisa juga balasan kebaikan yang kita lakukan itu kita dapatkan dari tetangga atau kerabat orang itu dalam bentuk bantuan yang sangat kita perlukan. Misalnya ketika roda kendaraan kita kempes di tempat yang jauh dari bengkel atau ketika kendaraan kita mogok, mereka yang membantu kita mencarikan derek atau bengkel panggilan.