Dalam kehidupan ini bisa dipastikan tidak ada satu pun manusia yang tidak pernah gagal. Semua pasti pernah mengalami kegagalan, walau pun tidak dalam hal yang sama.
Seseorang mungkin sukses dalam hal pendidikan atau karir misalnya, tapi ia gagal dalam kehidupan rumah tangga. Sebaliknya seseorang yang lain gagal dalam pendidikan, tapi sukses dalam karir dan kehidupan rumah tangga. Begitu pula yang lainnya, memiliki kegagalan dalam hal berbeda. Â
Kegagalan sesungguhnya tidak bisa disebut sebagai sebuah kegagalan jika masih ada waktu, kesempatan, dan upaya untuk mencoba kembali. Kalau tiga hal tadi tidak ada, baru bisa disebut sebagai sebuah kegagalan.
Kita barangkali pernah melihat sesorang, atau mungkin kita sendiri pernah merasakannya ketika belajar mengemudi sepeda atau motor. Bisa jadi semua orang yang belajar mengemudi sepeda atau motor pernah terjatuh atau menabrak pagar misalnya.
Banyak diantara orang yang belajar mengemudi sepeda atau motor yang pernah terjatuh atau menabrak pagar kemudian mencoba kembali. Ia tidak kapok dan pantang menyerah, sehingga akhirnya sukses bisa mengendarai sepeda atau motor dengan baik.
Namun ada juga orang yang belajar mengemudi sepeda atau motor menjadi trauma setelah mengalami kecelakaan, sehingga tidak mau mencoba kembali. Orang semacam ini memiliki waktu dan kesempatan, tapi tidak berupaya untuk mencoba kembali.
Orang tersebut menyerah. Oleh karenanya orang tersebut dipastikan gagal tidak akan pernah bisa mengemudi sepeda atau motor.
Itu hanya sekedar contoh kecil dan sederhana, bahwa pada dasarnya kegagalan bisa berubah menjadi kesuksesan jika saja masih ada waktu, kesempatan, dan upaya untuk mencoba kembali. Dalam bahasa lain, kegagalan bisa berubah menjadi kesuksesan jika mereka yang gagal itu tidak gampang menyerah.
Dalam hal ini adagium yang menyatakan bahwa kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda, memang benar adanya. Adagium tersebut bisa dipahami bahwa kesuksesan mungkin tidak harus diraih sekali jadi, tapi melalui beberapa kali upaya.
Kita tidak bisa membayangkan seandainya dulu Thomas Alfa Edison menyerah atas ribuan kali kegagalannya, tidak mau melakukan upaya percobaan-percobaan berikutnya. Mungkin hari ini kita masih menggunakan lampu minyak, bukan bola lampu.
Seperti halnya gubernur Jawa Timur saat ini Khofifah Indar Parawansa misalnya. Kalau saja Khofifah berhenti di kegagalan keduanya menjadi calon gubernur Jawa Timur, ia dipastikan tidak akan pernah jadi gubernur Jawa Timur.