Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), Suharso Monoarfa terpilih sebagai Ketua Umum PPP (Partai  Persatuan Pembangunan) dalam Muktamar IX PPP yang dipusatkan  di Zona X Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu malam (19/12). Sedangkan sembilan zona lainnya terhubung secara virtual.
Sebagaimana diketahui mengingat situasi pandemi, Muktamar PPP kali ini dilakukan secara virtual dan dibagi kepada 10 zonasi. Pertimbangan pembagian zonasi ini menurut Sekretaris Jenderal PPP Arsul Sani adalah sebagai bentuk taat pada aturan protokol kesehatan.
Kesepuluh zona itu berturut-turut, Zona I kota Medan, Zona II kota Padang, Zona III kota Palembang, Zona IV kota Serang, Zona V kota Bogor, dan Zona VI kota Semarang. Selanjutnya Zona VII kota Surabaya, Zona VIII kota Balikpapan, Zona IX kota Manado, dan terakhir Zona X kota Makassar.
Suharso Monoarfa terpilih sebagai Ketua Umum PPP Periode 2020-2025 secara aklamasi. Hal itu karena Suharso menjadi calon tunggal. Selain Suharso tidak ada lagi kader PPP yang mendaftarkan diri sebagai calon ketua umum.
Sebelumnya beredar ada nama lain selain Suharso Monoarfa yang digadang-gadang sebagai calon kuat ketua umum PPP. Dia adalah Wakil Gubernur Jawa tengah, yang juga putra dari  KH. Maimoen Zubair, tokoh PPP yang meninggal di Mekkah pada musim haji 2019 lalu, yaitu Taj Yasin alias Gus Yasin. Namun pada saat muktamar, Taj Yasin tak juga ada mendaftarkan diri.
Tak ada informasi yang jelas dari panitia muktamar mengenai alasan mengapa Taj Yasin tidak jadi maju menjadi calon ketua umum PPP. Akan tetapi belakangan beredar kabar kurang sedap. Taj Yasin dikabarkan ada yang "menjegal" agar tidak  jadi ketua umum PPP.
Dilansir dari republika.co.id (20/12), Taj Yasin atau Gus Yasin mengaku, Panitia Muktamar PPP tidak ada yang menghubunginya ihwal pendaftaran calon ketua umum partai berlambang ka'bah itu. Sehingga dirinya tidak tahu ada pendaftaran calon ketua umum PPP.
Menilik pengakuan Gus Yasin, kabar adanya "penjegalan" mungkin benar adanya. Gus Yasin bisa jadi sengaja tidak dihubungi dan diberitahu kapan pendaftaran calon ketua umum PPP pada waktu muktamar.
Selain itu ada aturan dalam AD/ART yang mengatur syarat calon ketua umum harus menjabat sebagai ketua DPW (Dewan Pimpinan Wilayah) atau pengurus DPP (Dewan Pimpinan Pusat) selama satu periode. Padahal Gus Yasin belum pernah menjadi  ketua DPW PPP atau menjadi pengurus DPP PPP.
Terlepas dari semua itu, faktanya Suharso Monoarfa telah sah terpilih sebagai Ketua Umum PPP periode 2020-2025. Berarti para elit PPP dan peserta muktamar memang menghendaki Suharso sebagai ketua umum PPP.
Terpilihnya Suharso Monoarfa, dengan demikian semakin menguatkan citra bahwa PPP sebagai partainya kaum tua. Ada kesan tidak ada regenerasi di partai itu. Mungkin lain ceritanya jika Gus Yasin yang masih berusia relatif muda, yang terpilih menjadi Ketua Umum PPP.