Nasi dan makanan lainnya harus melewati proses yang panjang dan perjuangan berat untuk sampai ke piring kita. Nasi dan makanan lainnya tidak bisa tiba-tiba datang  begitu saja ke atas piring kita.
Coba kita ambil nasi. Nasi berasal dari beras, beras berasal dari gabah, gabah berasal dari padi yang ditanam oleh para petani dalam jangka waktu selama empat bulan.
Sebelum padi ditanam, para petani harus mengolah sawah terlebih dahulu. Mereka membajak dan mencangkul sawah itu. Proses membajak dan mencangkul sawah juga membutuhkan waktu, biaya, dan tenaga yang tidak sedikit.
Banyak orang yang terlibat untuk hanya sepiring nasi. Bagaimana mungkin orang akan  menyia-nyiakan nasi di atas piring jika memahami proses dan perjalanannya.
Belum lagi teman-teman nasi berupa ikan, daging, sayuran, atau yang lainnya. Ikan saja, untuk sampai ke atas piring kita harus melewati "drama" yang luar biasa.
Ikan berasal dari laut, ditangkap oleh para nelayan. Menangkap ikan di laut bukanlah hal yang mudah. Hal itu membutuhkan keuletan, keberanian, dan kerja keras.
Para nelayan harus bersahabat dengan gelombang, angin kencang, dan rasa takut untuk bisa menangkap ikan. Bahkan terkadang para nelayan harus bertaruh nyawa.
Ketiga, pikirkan bahwa makanan adalah anugerah Tuhan YME. Bagaimana jadinya kalau Tuhan tidak memberi makanan kepada kita ?
Coba sesekali bayangkan suatu waktu kita berada di sebuah padang yang tandus. Tidak ada sumber air, tidak ada sumber makanan di sana.
Sementara kita dalam keadaan haus dan lapar. Ingin makan tidak ada makanan yang bisa kita makan.
Mungkin kita banyak uang. Akan tetapi dalam situasi seperti itu yang kita butuhkan adalah makanan, bukan uang. Percuuma saja kita banyak uang sebab kita tidak akan bisa menukarnya dengan makanan.