Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Ibu Disebut Sekolah Pertama?

6 Desember 2020   09:59 Diperbarui: 6 Desember 2020   10:03 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu dan anak (tribunnews.com)

Ungkapan "ibu adalah sekolah pertama" sesungguhnya merupakan ungkapan seorang penyair terkenal Mesir bernama Hafiz Ibrahim. Ungkapan itu aslinya berbunyi "al-Ummu Madrosat al-Ula" (al-Ummu=ibu, Madrosat=sekolah, al-Ula=pertama).

Kata "madrosat" atau "madrosah" dalam bahasa Arab berasal dari kata "darosa", yang berarti belajar. Kata "madrosat" atau "madrosah", dengan demikian mengandung arti "tempat belajar".

"Ibu adalah sekolah pertama", hal itu mengandung makna bahwa ibu merupakan tempat belajar pertama bagi anak-anaknya. Tak ada seorang manusia pun yang tidak pernah menjadi anak dan tidak ada seorang pun ibu yang tidak menjadi "sekolah  pertama" bagi anak-anaknya.

Mengapa harus seorang ibu yang disebut sebagai "sekolah pertama", tidak dengan seorang ayah atau bapak ? Bukankah ayah atau bapak juga memiliki peran dan andil yang sama dengan ibu dalam mendidik anak ?

Seorang ayah memang bukan "sekolah pertama" bagi anak, sebab ia tidak bisa  melakukan sebagaimana seorang ibu lakukan dalam mendidik anak. Seorang ayah mendidik anak lebih banyak setelah anak itu lahir ke dunia. Sementara seorang ibu mendidik anak-anaknya dimulai sebelum anak-anak itu lahir ke dunia ini ketika masih dalam kandungan.

Menurut banyak penelitian, anak yang masih dalam kandungan memang sudah memiliki kemampuan "belajar" dengan merespon atau merekam stimulus dari luar kandungan. Dalam hal ini orang yang pertama kali memberikan stimulus itu tentu seorang ibu, bukan ayah.

Apa yang dilakukan seorang ibu, apa yang dirasakan seorang ibu, atau bagaimana suasana hati seorang ibu, menurut sejumlah studi secara otomatis akan direspon oleh anak yang masih dalam kandungan. Sang anak akan  merekam semua itu.

Oleh karena itu bisa dimengerti jika seorang ibu yang sedang mengandung harus melakukan hal-hal yang baik, bersikap yang baik, dan memiliki mood yang baik. Sebab hal itu akan "dipelajari" oleh anak yang dikandungnya.

Seorang ibu dengan demikian, secara otomatis dengan sendirinya telah menjadi "sekolah pertama" bagi anaknya yang masih dalam kandungan. Seorang ibu lebih dahulu menjadi "sekolah pertama" dibanding seorang ayah.

Dalam mendidik anaknya yang masih dalam kandungan, secara "formal" seorang ibu seringkali mengajaknya berbicara atau berkomunikasi. Sambil mengelus-ngelus perutnya, sang ibu menasehati dan mendo'akan anaknya agar menjadi orang baik, pinter, jujur, dan berguna. Tak jarang pula seorang ibu mendidik anaknya yang masih dalam kandungan itu dengan sebuah nyanyian.

Setelah anak lahir, seorang ibu pula yang pertama kali mengajarkan kasih sayang dengan mendekap, memeluk, dan membelai  sang anak. Sebelum anak merasakan kasih sayang orang lain termasuk sang ayah, kasih sayang ibu itulah yang pertama kali ia rasakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun