Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Suka dan Benci Sekadarnya Saja

17 November 2020   17:48 Diperbarui: 17 November 2020   18:05 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memiliki rasa suka terhadap sesuatu atau rasa benci terhadap sesuatu merupakan hal yang lumrah dan bersifat alamiah. Terkadang orang tak membutuhkan alasan atau argumentasi mengapa memiliki rasa suka terhadap sesuatu atau mengapa benci terhadap sesuatu.

Dalam ajaran Islam menyukai sesuatu atau membenci sesuatu sah-sah saja. Hanya Nabi SAW mengingatkan umatnya untuk memiliki rasa suka dan benci secara wajar dan proporsional.

Artinya jika menyukai sesuatu jangan berlebihan, sekedar saja. Begitu juga ketika membenci sesuatu tidak berlebihan pula, sekedarnya saja.

Mengapa begitu ? Ketika menyukai sesuatu atau membenci sesuatu secara berlebihan apalagi secara membabi buta, maka sangat mungkin orang tidak akan bisa bersikap "objektif" terhadap sesuatu itu.

Ketika ada cacat atau keburukan dalam sesuatu yang disukai tidak akan kelihatan karena sudah tertutup oleh rasa suka. Sebaliknya ketika ada kelebihan atau kebaikan dalam sesuatu yang dibenci tidak akan kelihatan karena sudah tertutup oleh rasa benci.  

Orang yang menyukai sesuatu atau membenci sesuatu secara berlebihan apalagi secara membabi buta, suatu saat akan terjadi pula penyesalan dan rasa malu. Sebab rasa suka bisa berubah menjadi rasa benci, begitu pula rasa benci bisa berubah menjadi rasa  suka.

Sekira seminggu pasca kepulangan pemimpin FPI (Front Pembela Islam) Habib Rizieq Shihab (HRS) ke Indonesia pada tanggal 10 November lalu, tensi politik memanas. Dua kelompok berbeda yang sangat kontras, yakni kelompok pendukung HRS dan penentang HRS saling unjuk kekuatan dan ocehan.

Kelompok pendukung HRS bisa disebut sebagai "HRS Lovers" dan penentang HRS bisa dilabeli sebagai "HRS Haters". Bisa juga menggunakan istilah Pak Sigit Eka untuk  menyebut dua kelompok berbeda itu sebagai "Rizieqforia" dan "Rizieqphobia".

Mencermati kedua kelompok berbeda itu, yakni "HRS Lovers" atau "Rizieqforia" dan "HRS Haters" atau "Rizieqphobia" mungkin keduanya sudah masuk kategori suka dan benci berlebihan. Rasa suka dan benci kedua kelompok itu sudah sampai pada tahap akut.

Kedua kelompok itu sudah tidak bisa bersikap "objektif". Semua hal yang keluar dari lawan kelompok pasti dikatakan salah. Sebaliknya Semua hal yang keluar dari kelompok sendiri sudah pasti diklaim sebagai kebenaran. 

Padahal masing-masing kelompok memiliki potensi benar sekaligus memiliki potensi salah. Sebagaimana perkataan Imam Syafi'i yang pernah mengatakan bahwa, "Saya mungkin benar tapi bisa salah. Anda mungkin salah tapi bisa benar." Artinya tak ada kebenaran absolut dan tak ada kesalahan absolut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun