Selain menjadikan warga Muhammdiyah dan sebagian pemilih PAN sebagai "modal dasar" pemilih, partai Ummat juga berpotensi menarik pemilih dari pemilih beberapa partai Islam yang sudah atau hampir "bangkrut" dan juga ummat Islam pada umumnya yang kecewa dengan pemerintahan Presiden Jokowi saat ini.
Bukan tidak mungkin pula partai Ummat akan "mencuri" pemilih dari partai nasionalis seperti Gerindra misalnya. Hal itu dikarenakan sebagian pemilih Gerindra memilih Gerindra karena faktor Prabowo Subianto. Sementara saat ini Prabowo Subianto sudah bergabung dengan pemerintahan Presiden Jokowi.
Seberapa kuat daya tarik dan pengaruh partai Ummat dalam menarik para pemilih tergantung pula kepada struktur pengurus partai, jaringan, dan kekuatan finansial yang dimiliki. Kalau pengurus partai Ummat hanya diisi oleh orang biasa-biasa saja, tidak banyak yang memiliki nama besar, bisa jadi daya tariknya lemah.
Demikian pula jika partai Ummat tidak memiliki jaringan yang luas dan tidak memiliki kekuatan finansial yang cukup, maka akan cukup sulit bagi partai Ummat bersaing dengan partai-partai lain. Partai Ummat bisa saja hanya menjadi cameo dalam pemilu 2024 nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H