Partai Amanat Nasional (PAN) berulang tahun yang ke-22 pada Minggu, 23 Agustus 2020 kemarin. Perayaan HUT PAN diselenggarakan secara sederhana di Kantor DPP PAN di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan. Akan tetapi ada sesuatu yang aneh pada HUT PAN kali ini karena sang pendiri dan tokoh sentral PAN, Amien Rais tidak nampak dalam acara itu.
Itu pula yang membuat Ketua Dewan Kehormatan PAN, Soetrisno Bachir bersedih. Saat memberikan sambutan, Soetrisno Bachir bicara agak terbata-bata, terisak, dan seketika terdiam sejenak. Ia mengatakan, sebelum menyapa kader PAN yang hadir dan yang ada di seluruh Indonesia, dirinya mengucapkan terima kasih...
Ucapan terima kasih yang Soetrisno Bachir maksudkan tiada lain khusus untuk Amien Rais yang tidak hadir saat itu. Soetrisno Bachir berharap Amien Rais yang tidak hadir secara fisik dapat mengikuti puncak acara HUT PAN ke-22 itu melalui Youtube. Soetrisno Bachir juga mendo'akan dan berharap agar Amien Rais selalu sehat dan ada dalam lindungan Allah SWT.
Selain itu ada dua harapan Soetrisno Bachir yang lain. Pertama, ia berharap Amien Rais tetap selalu bersama membawa PAN lebih besar dari sekarang. Kedua, ia juga berharap Amien Rais mengikhlaskan estafet kepemimpinan kepada generasi PAN saat ini yang dipimpin oleh Zulkifli Hasan.
Senada dengan apa yang disampaikan oleh Soetrisno Bachir tersebut, disampaikan pula oleh Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. Dalam pidato politiknya, Zulkifli Hasan menyampaikan ucapan terima kasih kepada Amien Rais sebagai pendiri partai. Dalam pandangan Zulkifli, Amien Rais merupakan sosok yang berpengaruh bagi bangsa Indonesia dan PAN.
Selain itu Zulkifli Hasan berharap dan mendo'akan, seluruh amal soleh yang ditorehkan oleh Amien Rais akan mengalir terus menerus sebagai amal jariyah. Zulkifli juga mendo'kan Amien Rais selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, serta terus memberikan pengabdian kepada bangsa dan negara.
Sikap yang ditunjukkan dan apa yang disampaikan oleh Ketua Dewan Kehormatan PAN Soetrisno Bachir dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan bagi saya merupakan sikap tahu diri dan sikap yang sangat terpuji. Walau pun Soetrisno Bachir dan Zulkifli Hasan belakangan ini berbeda pandangan politik dengan Amien Rais, keduanya menunjukkan sikap "kacang tidak lupa akan kulitnya".
Tangisan Soetrisno Bachir untuk Amien Rais bagi saya bukanlah tangisan pencitraan atau tangisan politik. Tangisan Soetrisno Bachir adalah tangisan yang tulus. Hal itu bisa dimaklumi karena antara Soetrisno Bachir dengan Amien Rais memiliki hubungan yang sangat dekat.
Sewaktu Soetrisno Bachir menjadi Ketua Umum PAN yang ke-2 untuk periode 23 Agustus 2004 s.d. 9 Januari 2010 menggantikan Amien Rais yang tidak mau menjadi Ketua Umum PAN lagi, tidak terlepas dari peran dan campur tangan Amien Rais. Waktu itu Soetrisno Bachir mendapatkan dukungan Amien Rais, berhasil mengalahkan rival berat sesama calon Ketua Umum PAN lain, Fuad Bawazier.
Selain itu tangisan Soetrisno Bachir bisa dibaca sebagai sebuah rasa kehilangan dan kekhawatiran. Soetrisno Bachir wajar merasa kehilangan mengingat selama ini Amien Rais merupakan icon PAN karena Amien Rais adalah pendiri dan tokoh sentral PAN. Mungkin ibaratnya Soetrisno Bachir merasa seperti sedang berpesta, tetapi yang punya rumah tidak ada.
Soetrisno Bachir juga wajar jika merasa khawatir, yakni PAN akan ditinggalkan oleh Amien Rais. Tanda-tanda hal tersebut sudah sangat jelas. Amien Rais dan para loyalisnya bahkan dikabarkan akan membuat partai baru.