Belanda masih jauh. Itulah ungkapan kiasan yang pas ketika kita membicarkan pemilihan umum atau pemilu pada saat ini. Pemilu 2024 memang masih jauh, masih empat tahun lebih lagi.
Akan tetapi kita, para pengamat, termasuk lembag-lembaga survey senang membicarakan pemilu yang masih jauh itu pada saat ini. Termasuk membuat simulasi, kalkulasi, atau survey terkait siapa calon presiden yang potensial dipilih mayoritas rakyat pada pemilu 2024 nanti.
Terbukti beberapa lembaga survey secara silih berganti terus melakukan survey terkait elektabilitas calon presiden. Seperti lembaga survey Charta Politica, Cyrus Network, Indo Barometer, Akurat Poll, Y-Publica, atau Indikator Politik.
Berdasarkan hasil survey lembaga-lembaga survey tersebut, ada beberapa nama yang muncul sebagai calon presiden pada pemilu 2024 nanti. Nama-nama yang selalu muncul dalam survey, tak jauh dari nama Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, Agus Harimurti Yudhoyono, dan beberapa nama lainnya.
Mengenai nama yang hampir selalu menempati "pole position" dalam setiap lembaga survey, adalah nama Prabowo Subianto. Di belakang Prabowo Subianto, ada dua nama yang selalu menempel ketat, yaitu Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Bahkan nama Ganjar Pranowo, menurut survey Indikator Politik pada bulan Juli 2020 sempat menyalip Prabowo Subianto di posisi teratas.
Artinya nama Ganjar Pranowo adalah nama yang paling potensial "mengganjal" Â Prabowo Subianto, selain Anies Baswedan. Bisa saja ke depannya, justeru nama Ganjar Pranowo yang akan lebih tinggi elektabilitasnya berdasarkan hasil survey, dibandingkan Prabowo Subianto.
Apakah Ganjar Pranowo akan menjadi ancaman serius bagi Prabowo Subianto pada pemilu 2024 nanti ? Menurut saya tidak. Alih-alih menjadi ancaman, Ganjar Pranowo bisa jadi justru akan menjadi pasangan Prabowo Subianto.
Saat ini Prabowo Subianto sebagai ketua umum partai Gerindra sudah akur kembali dengan ketua umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, setelah beberapa waktu sempat renggang. Kerenggangan itu tidak lain disebabkan karena Megawati dengan PDI-P nya lebih memilih mendukung calon presiden Joko Widodo daripada Prabowo Subianto pada Pilpres 2014 lalu.
Hal itu dalam pandangan Prabowo Subianto dan para pendukungnya merupakan bentuk "wanprestasi" Megawati dan PDI-P nya. Sebab berdasarkan "Perjanjian Batu Tulis" yang ditandatangani Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto pada tanggal 16 Mei 2009, seperti tertera pada poin ketujuh, Prabowo Subianto akan didukung menjadi (calon) presiden pada Pemilu 2014.
Saat ini sepertinya Megawati Soekarnoputri dan PDI-P mau "menebus dosa" masa lalu terhadap Prabowo Subianto. Bentuk "penebusan dosa" itu adalah dengan mendukung Prabowo Subainto menjjadi calon presiden pada tahun 2024 nanti.
Kalau hal itu benar terjadi, praktis tokoh-tokoh yang berasal dari PDI-P yang  memiliki elektabilitas tinggi sekalipun akan tertutup peluangnya untuk maju sebagai calon presiden. Apakah itu anak Megawati sendiri, yakni Puan Maharani, termasuk Ganjar Pranowo atau tokoh lainnya.