Menurut pihak PLN, kasus yang dialami Teguh Wuryanto akibat adanya keruskan alat. Alat tersebut adalah kapasitor, yakni alat untuk mengompensasi penggunaan listrik dari las. Akibat kerusakan alat tersebut praktis penggunaan listrik menjadi boros dan tagihan listrik pun melonjak hampir sepuluh kali lipat.
Berarti, dalam hal terjadinya lonjakan tagihan listrik wabah Covid-19 bukan satu-satunya faktor penyebab. Ternyata ada faktor lain juga yang mengakibatkan terjadinya lonjakan tagihan listrik, seperti  kasus yang terjadi pada  Teguh Wuryanto di atas. Â
Terlepas dari ada banyaknya kasus lonjakan tagihan listrik, pada dasarnya kita semua memang harus hemat dalam menggunakan listrik. Telah banyak tips yang disampaikan tentang hal ini. Seperti mematikan lampu saat tidur, menggunakan lampu hemat energi, mematikan lampu atau alat listrik setelah tidak digunakan/diperlukan, dan lain-lain.
Tak kalah pentingnya dari semua itu, bahwa kita tidak harus selalu mengikuti gaya hidup yang tidak "ramah energi". Misalnya, kita tak perlu terus menerus menggunakan AC jika memang tidak terlalu perlu. Kita juga tak perlu memasang lampu sorot yang berdaya listrik besar demi mengikuti gaya hidup "tetagga sebelah".
Intinya kita harus bijak dalam menyikapi gaya hidup kaitan dengan penggunaan energi listrik. Sebab jika kita tidak bijak dalam menyikapi gaya hidup, terus menerus menggunkan alat-alat listrik yang boros daya listrik padahal kurang  kita  perlukan (tidak primer), maka bersiap-siaplah isi kantong kita jebol hanya untuk membayar tagihan listrik saja. Padahal kebutuhan kita yang lain masih banyak, tidak hanya urusan listrik semata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H