Meninggalnya penyanyi campursari, Didi Kempot alias Lord of Broken Heart cukup mengagetkan banyak pihak. Penyanyi yang bernama asli Dionisius Prasetyo itu meninggal pada tanggal 5 Mei lalu di RS Kasih Ibu Solo, pukul 07.45 WIB karena  serangan jantung.
Didi Kempot meninggal tak sampai satu bulan setelah ia mengadakan konser amal untuk mengumpulkan donasi bagi penanganan pandemi Covid-19 pada tanggal 11 April lalu. Konser amal yang ia adakan dari rumah itu berhasil mengumpulkan donasi 7,6 miliar rupiah. Â
Ucapan belasungkawa dan turut berduka cita pun mengalir deras dari berbagai lapisan masyarakat. Ucapan belasungkawa dan turut berduka cita datang mulai dari rakyat biasa, Sobat Ambyar (fans Didi Kempot), sesama seniman, para pejabat, bahkan sampai presiden.
Akan tetapi ada ucapan belasungkawa yang sedikit kurang lazim datang dari seorang seniman senior Sudjiwo Tedjo. Seniman yang juga biasa disebut Presiden Jancukers ini, melalui beberapa cuitan di akun twitternya @sudjiwotedjo (Jack Separo Gendeng) tidak mengucapkan kalimat "turut berduka cita" atas meninggalnya Didi Kempot sebagaimana yang lain. Menurut Sudjiwo Tedjo, sudah sepuluh tahun ia tidak mengucapkan "duka cita" kepada kematian. Â
Sudjiwo Tedjo kemudian menjelaskan bahwa kalimat "turut berduka cita" berarti mengandung makna bahwa dunia ini sesuatu banget, sehingga kematian menjadi kesedihan. Padahal dunia ini bukan sesuatu banget yang sangat menyedihkan kalau ditinggal.
Dalam kalimat "Innalillahi...dst" juga menurut Sudjiwo Tedjo, tak terkandung sama sekali "turut berduka cita". Dalam kalimat itu cuma sebuah penegasan bahwa kita ini "Dari Tuhan Kembali Ke Tuhan".
Tidak mau mengucapkan "turut berduka cita" atas kepergian Didi Kempot bukan berarti Sudjiwo Tedjo tidak merasa sedih. Ia tetap merasa sedih, tapi sekuat mungkin untuk tidak mengucapkan "turut berduka cita".
Bagi Sudjiwo Tedjo kematian bukanlah duka. Ia bahkan menyebut dalam cuitan lain, bahwa dalam adat berbagai suku dulunya dalam menyambut kematian dengan ceria, dengan pesta, baju warna  warni, bukan HITAM.
Oleh karena itu tidak aneh jika Sudjiwo Tedjo seperti "iri"dengan meninggalnya Didi Kempot. Ini terlihat jelas dalam kalimat yang ia tulis, "Hmmmmm...enak banget kamu Lord Didi Kempot.. sudah pergi duluan... sementara kita masih gedebugan saling tuduh dunia...hmmmm... selamat jalan... hmmm... sampai jumpa..."
Pandangan Sudjiwo Tedjo tentang kehidupan dan kematian nampak jelas dalam cuitan-cuitannya ketika ia mengomentari kepergian Didi Kempot seperti di atas. Baginya kehidupan duniawi dan  kematian sesuatu yang biasa.
Bagi Sudjiwo Tedjo kehidupan dunia bukan sesuatu yang harus diberhalakan. Sedangkan kematian bukan sesuatu yang ditakutkan. Pandangan Sudjiwo Tedjo tersebut tak ubah bagai pandangan para sufi dan orang-orang asketis (juhud).