Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Indonesia Akan (Selalu) Cadel terhadap China Soal Natuna?

7 Januari 2020   15:53 Diperbarui: 7 Januari 2020   22:27 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Ada sebuah ilustrasi seperti ini : "Suatu keika kita punya keinginan membuat taman di sekeliling halaman rumah kita, sedangkan kita tidak punya cukup biaya untuk membangunnya. Dikarenakan kita ingin rumah terlihat lebih cantik dan agar terlihat lebih wah, barangkali kita akan memaksakan diri mencari dana pinjaman ke sana ke mari. Padahal sebetulnya keinginan membuat taman itu tidak darurat, bisa ditunda sementara waktu sampai kita memiliki cukup uang. Tetapi demi gengsi kita terus memaksakan diri. Akhirnya ada seorang teman yang "baik hati" memberi "bantuan" berupa pinjaman yang jumlahnya cukup besar. Berkat "bantuan" teman yang  "baik hati" itu kita kemudian  bisa membuat taman di sekeliling rumah.

Sikap kita terhadap sang teman tentu akan sangat baik, ramah, hormat, dan sungkan karena ia seorang pahlawan bagi kita. Dia mau memberikan "bantuan" di saat kita tidak mendapatkannya dari pihak lain.

Tanpa sepengetahuan kita, suatu waktu sang teman lewat di depan rumah. Kemudian dengan seenaknya ia buang air kecil di sekitar pagar rumah kita.  Belakangan kita tahu perilaku sang teman itu. Apa yang kita lakukan terhadap sang teman itu ? Menegurnya ? Memarahinya ? Saya yakin apa pun yang kita lakukan terhadap sang teman, baik menegurnya atau memarahinya akan bernada "cadel".

Apa itu cadel ? Cadel sejatinya berasal dari bahasa Sunda. Secara harfiyah, cadel mengandung arti kata atau kalimat yang diucapkan tidak jelas atau samar. Seperti mengucapkan huruf "R" menjadi huruf "L". Sedangkan secara ma'nawiyah, cadel mengandung arti "tidak tegas".

Kita bersikap "cadel" kepada sang teman yang telah berlaku kurang ajar dan tak beretika karena kita merasa punya banyak utang budi dan karenanya merasa inferior. Bersikap tegas dan keras tidak bisa. Sementara kalau hanya diam tidak bersikap juga salah karena menyangkut harga diri.

***

Ilustrasi di atas layaknya Indonesia saat ini. Sudah bukan rahasia lagi jika pemerintahan Indonesia lima tahun terakhir ini (tepatnya enam tahun berjalan) memiliki hubungan bilateral dengan China yang sangat dekat. Hubungan dekat itu terbangun karena Indonesia banyak "dibantu" oleh China. China mau memberikan "bantuan" berupa utang kepada Indonesia yang sedang fokus membangun infrastruktur. Nilai "bantuan" China sungguh fantastis. Bernilai ratusan triliunan rupiah.

Menurut data BI (Bank Indonesia) yang dikutip oleh https://money.kompas.com/,  "bantuan" utang dari  China yang harus dibayar oleh Indonesia per bulan September 2019 tercatat sebesar 17,75 miliar dollar AS atau setara Rp. 274 triliun (kurs Rp. 13.940). Angka yang tidak sedikit. Sangat fantastis.

Banyaknya "bantuan" utang dan besarnya "bantuan" utang itu diakui atau tidak secara psikologis membuat Indonesia menjadi inferior di hadapan China. Hal itu pula yang menjadikan Indonesia sangat bergantung kepada China. Indonesia sulit berdiri dengan kepala tegak di hadapan China.

Oleh karenanya ketika kapal-kapal nelayan China dengan arogan memasuki laut Natuna dan mencuri ikan di sana, Indonesia bersikap "cadel". Ada sebagian pejabat Indonesia yang sok bijak menyikapi hal itu. Tetapi ada juga pejabat lain yang memang kelihatan seperti tegas dan galak. Tetapi apa pun sikap para pejabat Indonesia termasuk presiden sendiri, tersirat sangat jelas menunjukkan sikap inferior Indonesia di hadapan China. Semua sikap dan pernyataan yang dikeluarkan bernada "cadel".

Sikap Indonesia terhadap China, apakah bisa setegas dan sekeras sikap Iran terhadap Amerika misalnya ? Sepertinya tidak. Kita juga tentu tidak berharap Indonesia melakukan konfrontasi dengan China. Hanya saja kita juga tentu tidak ingin harga diri Indonesia diinjak-injak oleh bangsa lain. Kita ingin Indonesia berdaulat dalam arti sesungguhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun