Mohon tunggu...
Wiwin Widayanti
Wiwin Widayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Prodi Pendidikan Sosiologi di Universitas Negeri Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fungsionalisme Struktural - Pemikiran Talcott Parsons (1902-1979)

21 September 2022   02:02 Diperbarui: 21 September 2022   02:06 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Parsons memiliki latar belakang keluarga yang religius dan intelektualis, ia lahir di Colorado Spring pada tahun 1902. Parsons menurunkan kecerdasan dari ayahnya yang merupakan seorang pendeta dan juga professor yang kemudian menjabat sebagai Rektor. Tahun 1924, Parsons merampungkan pendidikannya dengan gelar Sarjana Muda di Universitas Amherst. Parsons sempat mengajar pada tahun 1927 di Heidelberg dan Harvard.

Parsons telah menerbitkan buku yang berjudul The Structure of Social Action pada tahun 1937. Ia juga telah berhasil mendirikan Departemen Hubungan Sosial di tahun 1946. Dengan terbitnya The Social System pada tahun 1951, Parsons telah menjadi tokoh dominan Sosiologi di Amerika. Namun, pada tahun 1960, ia mendapat serangan kaum sayap kiri radikal karena teori nya yang sulit dipahami dan Parsons dianggap terlalu konservatif.

Parsons menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 1979, kendati demikian teorinya kembali mendominasi pada tahun 1980-an.

Fungsionalisme Struktural

Teori fungsionalisme struktural berasumsi dasar bahwa, masyarakat terintegrasi dalam suatu keseimbangan berdasarkan kesepakatan antar anggota akan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat guna mengatasi perbedaan, sehingga masyarakat dipandang sebagai suatu sistem yang terintegrasi. Memiliki sifat saling ketergantungan dan merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang saling berhubungan satu sama lain - itulah yang disebut masyarakat.

Dalam sistem sosial di dalamnya terdapat aktor, interaksi, lingkungan, optimalisasi kepuasan dan kultur aktor.

Aktor dipahami sebagai kombinasi pola nilai, berorientasi pada derajat yang sangat penting yang menjadi fungsi struktur peran dalam sistem sosial serta nilai-nilai dominan. Sejumlah aktor / individu yang berinteraksi dalam suatu lingkungan termasuk kedalam komponen sistem sosial. Dalam hal ini simbol didefinisikan dan dimediasi secara kultural tertentu untuk mencapai kepuasan individu dalam berinteraksi.

Kunci utama terpeliharanya integrasi pola nilai didalam sistem adalah proses internalisasi dan sosialisasi. Dalam proses sosialisasi yang berhasil, norma dan nilai diinternalisasikan artinya norma dan nilai itu menjadi bagian dari "kesadaran kolektif" masyarakat. Mekanisme utama yang diperlukan dalam mempertahankan keseimbangan sistem sosial adalah sosialisasi dan control sosial.

Tindakan sosial aktor / individu itu bersifat voluntaristik atau berdasarkan kesukarelaan, kehendak dan motivasi individu mendorong individu untuk melakukan suatu tindakan. Tentunya setiap tindakan yang dilakukan individu mengarah pada satu tujuan yang ingin ditujunya dan di atur oleh alat (sarana) tertentu. Dengan bimbingan ide, nilai dan norma, individu dapat memilih tujuan yang akan dicapainya dengan dipengaruhi oleh kondisi (lingkungan) dan alat yang individu tersebut gunakan.

Dalam pemikiran Parsons ada 4 fungsi penting untuk semua sistem tindakan, dikenal dengan skema AGIL. adaptation (A), goal attainment (G), integration (I), dan Lattent (L) atau pemeliharaan pola.

  • Adaptasi (adaptation) Suatu sistem harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan kebutuhan. Guna menanggulangi situasi eksternal yang gawat dan kadang tidak terprediksi. Maka dapat disimpulkan adaptasi bertujuan untuk menyesuaikan diri dengan mengubah lingkungan eksternal.
  • Pencapaian tujuan (goal attainment) Setiap sistem harus menetapkan tujuan sistem tersebut dan memobilisasi sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
  • Integrasi (integration) Sistem ini dilakukan oleh sistem sosial yang ada, sistem harus dapat mengatur antar hubungan setiap bagian-bagian komponen di dalamnya. Integrasi berfungsi menghubungan fungsi lainnya (A, G, L) agar semua komponen dapat bertahan dan terpadu hingga dapat mendorong terbentuknya solidaritas sosial.
  • Mempertahankan pola (Lattent) Fungsi laten dilaksanakan oleh subtansi budaya dalam peran memelihara, melengkapi dan memperbaiki setiap motivasi baik individual maupun pola-pola kultural yang menopang motivasi itu sendiri. Pemeliharaan nilai-nilai dan norma diberlakukan pada subtansi budaya dalam masyarakat diataranya keluarga dan institusi Pendidikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun