Mohon tunggu...
Wiwik Yuliyanti
Wiwik Yuliyanti Mohon Tunggu... Guru - guru

saya seorang pendidik yang menyukai belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Korelasi Program Guru Penggerak dengan Program yang berdampak Positif di Sekolah

11 Maret 2024   12:56 Diperbarui: 11 Maret 2024   13:02 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi wiwik yuliyanti

Peran modul 3.3 ini tak terlepas dari tujuan modul - modul sebelumnya. Modul 3.3 ini sudah mengerucut pada pola pembentukan student’s agency,  sedangkan modul - modul sebelumnya bagaikan pintu gerbang yang menghantarkan kita dalam menyongsong tujuan utama, yaitu kesejahteraan murid setinggi - tingginya. Menurut saya pembagian modul ini sudah sangat sesuai karena diawali dari bagaimana guru diharapkan dapat mengubah mindset, sebelum masuk pada pengelolaan murid dan sekolah. Beruntung Indonesia karena memiliki sosok Bapak Pendidikan yaitu Ki Hajar Dewantara yang menyadari peran penting seorang guru dalam membentuk karakter murid. Guru harus memahami perannya sebagai pendidik dan pengajar. Kesadaran inilah yang sekarang perlahan mulai hilang dikarenakan peranan guru hanya sebatas menjalankan profesi yaitu mengajar. Melalui Pendidikan Guru Penggerak, kami disadarkan kembali untuk dapat mengenali nilai - nilai diri kami sekaligus menjadi agen perubahan melalui status guru penggerak yang kami sandang. Seorang guru tidak pantas memiliki pemikiran negatif, itu yang kami pelajari dalam inquiry apresiative BAGJA yaitu teknik untuk merangsang perubahan pola pikir, sikap mental ke arah positif. Akan selalu ada tantangan dalam dunia kerja, bagaimana seorang guru dituntut untuk dapat memberikan solusi terbaik melalui pola pikir positif, pemikiran berbasis aset yaitu dengan memaksimalkan potensi yang sekolah miliki.

Kami memperkuat pemahaman kami mengenai pembentukan karakter profil pelajar pancasila. Suatu karakter atau sikap akan dapat terbentuk melalui pengulangan - pengulangan. Oleh karenanya, dalam materi disiplin positif kami wujudkan di sekolah dalam bentuk pembiasaan dan pengkondisian. Sekolah membuat aturan yang bertujuan membentuk budaya positif di sekolah.  Contoh yang ada di sekolah kami SMP N 1 Jogonalan yaitu melalui slogan 3S yaitu salam, senyum dan sapa, pembiasaan sarapan pagi bersama sebelum belajar, pengkondisian sekolah bebas sampah plastik sebagai wujud sekolah sehat, dan lain sebagianya. Kami menerapkan segitiga restitusi dalam mengatasi permasalahan yang muncul di sekolah. Sekolah kami telah membiasakan konsep konsekuensi dibandingkan dengan hukuman. Hal ini merupakan bagian budaya positif karena bertujuan untuk menegakkan harga diri anak disamping menuntun anak untuk bisa mengambil pelajaran dari kesalahan yang telah mereka perbuat. Murid - murid terbiasa untuk menentukan konsekuensi atas kesalahan yang mereka buat. Guru tidak lagi mengedepankan emosi akan tetapi telah memahami konsep coaching dan pembelajaran sosial emosional. Dalam kegiatan belajar mengajar para guru telah memahami penggunaan konsep pembelajaran berdiferensiasi, sehingga guru benar - benar dapat memahami sejauh mana kemampuan anak dan bagaimana cara pembelajaran terbaik untuk mereka.

Saya melihat seluruh pelatihan Guru Penggerak ini bertujuan untuk membentuk CGP menjadi agen perubahan di dalam lingkungan baik sekolah maupun di masyarakat. Tantangan yang pasti muncul menurut saya adalah konsistensi untuk dapat selalu memerankan peranan guru penggerak ketika nanti sudah mendapatkan titel guru penggerak. Guru penggerak harus dapat menjadi motor penggerak bukan malah terbawa arus keadaan sekolah yang kurang kondusif. Solusi untuk kekhawatiran ini adalah dengan saling menguatkan antara sesama guru penggerak. Tidak sungkan untuk selalu berbagi praktik baik dengan rekan guru yang lain, dan memiliki prinsip untuk selalu memulai bergerak dari diri sendiri.

Dalam praktik pengelolaan program yang berdampak positif pada murid, saya menjajal kemampuan saya melalui kegiatan P5. Menggunakan BAGJA untuk merancang satu program kegiatan, melalui kerjasama dan kekompakan seluruh warga sekolah program ini dapat terlaksana dengan sangat baik.  Saya melakukan evaluasi dan refleksi kegiatan harian melalui google form. Melalui refleksi yang mereka kirimkan menunjukkan bahwa program yang telah saya rancang ternyata efektif memberikan dampak positif kepada murid. Selain mendapatkan pengalaman baru, mereka juga mengungkapkan bahwa program P5 tersebut berhasil secara efektif menumbuhkan sikap positif bahkan melampaui target sasaran elemen. Hikmah yang dapat saya petik adalah, ketika kita merencanakan, melaksanakan, dan melakukan evaluasi program yang berdampak pada murid dengan benar - benar memperhatikan tujuannya, maka akan didapatkan hasil maksimal dan positif sesuai dengan harapan. Guru tidak mendikte murid akan tetapi berperan sebagai fasilitator yang membantu proses mereka belajar. Melalui program Pendidikan Guru Penggerak telah banyak membuka wawasan saya mengenai pengajaran dan pendidikan murid yang baik.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun