Mohon tunggu...
Wiwik TriErnawati
Wiwik TriErnawati Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah sosial

Penggerak Literasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Mitos dan Fakta: Memahami Ketimpangan Informasi Seks Remaja di Era Digital

30 September 2024   11:36 Diperbarui: 30 September 2024   11:36 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam era digital ini, informasi tentang seks semakin mudah diakses oleh siapa saja, termasuk remaja. Meski kemajuan teknologi membawa banyak manfaat, sayangnya, tidak semua informasi yang tersebar di internet dapat diandalkan. Ketimpangan informasi tentang seks yang diterima remaja justru menjadi salah satu penyebab timbulnya kesesatan pemahaman, dengan konsekuensi yang membahayakan.

Ketimpangan informasi tentang seks di kalangan remaja adalah masalah global yang semakin mencuat di era digital. Di satu sisi, teknologi memberikan akses tak terbatas terhadap informasi, tetapi di sisi lain, tanpa bimbingan yang tepat, akses ini dapat membawa kesalahpahaman dan perilaku berisiko. Ketimpangan ini memperlihatkan bagaimana tidak semua remaja memiliki akses yang merata terhadap pendidikan seks yang komprehensif, baik dari keluarga, sekolah, maupun sumber daring yang tepercaya.

Kasus perilaku menyimpang antara siswa dan guru di Gorontalo telah memicu perhatian publik dan menimbulkan pertanyaan mengenai etika, moralitas, serta kelemahan sistem pendidikan dalam mencegah interaksi yang tidak sesuai antara tenaga pengajar dan peserta didik. Hubungan tidak sehat yang melibatkan siswa dan guru ini bukan hanya menyalahi kode etik profesi guru, tetapi juga merusak tatanan moral dan nilai-nilai yang seharusnya dijaga dalam lingkungan pendidikan.

Berdasarkan laporan media, kasus ini mencakup interaksi tidak pantas antara seorang guru dan siswa yang berujung pada hubungan yang bersifat pribadi dan tidak sesuai dengan norma pendidikan. Kasus ini terbongkar setelah pihak sekolah dan orang tua menyadari adanya interaksi yang intens antara guru dan siswanya, yang kemudian terungkap sebagai perilaku menyimpang yang bertentangan dengan etika profesi guru. Media melaporkan bahwa peristiwa tersebut menimbulkan keresahan di kalangan siswa, orang tua, dan masyarakat setempat.

Dari kasus yang sedang viral di Gorontalo, membuka mata semua orang tua bahwa remaja saat ini tidak baik-baik saja dan perlu adanya sinergi dari semua pihak bagaimana mencari solusi yang tepat agar peristiwa yang sama tidak terjadi di lembaga pendidikan dan tempat lain.

Ketimpangan Informasi dan Dampaknya

Ketimpangan informasi ini mengacu pada perbedaan akses dan kualitas informasi yang diperoleh remaja. Sebagian remaja mungkin mendapatkan pendidikan seks yang komprehensif dari lingkungan sekolah atau keluarga, sedangkan yang lainnya hanya mengandalkan informasi dari sumber yang kurang kredibel, seperti media sosial, situs web yang tidak terverifikasi, atau bahkan mitos yang beredar di masyarakat.

Hal ini menyebabkan berbagai kesalahpahaman tentang seksualitas, termasuk mitos-mitos yang salah. Remaja yang mendapatkan informasi dari sumber yang tidak terpercaya cenderung menganggap seks hanya sebagai aktivitas fisik tanpa memahami aspek kesehatan reproduksi, psikologi, serta konsekuensi emosional dan sosial yang menyertainya.

Kurangnya Pendidikan Seks yang Komprehensif

Salah satu penyebab utama ketimpangan informasi ini adalah kurangnya pendidikan seks yang komprehensif di sekolah-sekolah. Di banyak negara, termasuk Indonesia, pendidikan seks sering kali dianggap tabu atau tidak diprioritaskan dalam kurikulum. Akibatnya, remaja tidak mendapatkan pengetahuan yang benar mengenai tubuh mereka, fungsi seksual, metode kontrasepsi, atau penyakit menular seksual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun