Mohon tunggu...
Wiwik TriErnawati
Wiwik TriErnawati Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah sosial

Penggerak Literasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Kabar "Crazy Rich"? Sepi Tanpa "Flexing" Kalian

16 Maret 2022   09:51 Diperbarui: 16 Maret 2022   10:19 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Artha Raya Konsult

Tak perlu sombong karena kaya harta, karena harta hanya titipan sementara, kata-kata bijak yang sering kita dengar jika ada sesorang yang sombong suka memamerkan harta kekayaannya. Kata-kata bijak ini seakan dianggap using ketika kita dihadapkan pada kenyataan pada saat ini dimana kebahagiaan ditundukkan hanya Bahagia diatas harta. 

Bukan hal yang mengherankan kalua generasi milineal punya angan-angan atau lebih tepatnya cita-cita, dengan deskripsi kuliah cari yang mudah, tidak ketemu hitungan matematika, dapat kerja yang enak tanpa kerja keras dengan gaji yang besar.

Gambaran seseorang yang melakukan mobilitas sosial keatas (vertical Climbing) dengan beberapa saluran untuk mencapainya bahkan seolah-seolah hanya sekedar tulisan diatas kertas. 

Cerita kesuksesan orang-orang yang memulai usahanya dari nol dengan melalui kerja keras dan jangkau waktu yang lama sepertinya bukan hal yang menarik, memotivasi dan menginspirasi generasi saat ini. Tetapi kerja dengan hasil luar biasa dalam waktu yang singkat justru banyak menjadi sumber inspirasi generasi saat ini untuk mengikuti jejak seperti ini dengan dukungan media sosial.

Dukungan media sosial banyak berperan untuk meloloskan konten-konten orang-orang kaya baru (OKB) dengan bangganya memamerkan keberhasilan mereka dengan bukti-bukti nyata kepemilikan barang-barang mewah dengan harga bukan jutaan tetapi sudah pada angka milyard-an. 

Konten-konten youtube ataupun pada aplikasi Tik Tok dan bahkan kadangkala kita yang tidak seberapa kaya juga melakukan tanpa disadari dengan mengunggahnya di media sosial seperti Instagram, Facebook, dan lainnya. 

Kita pasti sering menemukan orang-orang yang mengunggah tentang pencapaian dan/atau opini (prinsip) hidupnya pribadi. Kesan yang terlihat akhirnya orang tersebut seperti memamerkan apa dia punya. Perilaku pamer di media sosial tersebut saat ini dikenal juga dengan istilah "flexing"

Kemunculan fenomena "flexing" tidak hanya dilakukan oleh selebritis atau terkenal dengan istilah "Sultan" tetapi juga memunculkan anak-anak muda kaya "Crazy Rich" yang konten-kontennya memamerkan barang-barang mewah yang mereka bisa beli dalam hitungan hari ataupun jam. Memang, sah-sah saja dan tidak ada yang salah dengan memamerkan apa yang mereka punya, itu hak setiap orang. 

Masalahnya selanjutnya adalah, ketika unggahan tersebut menjadi viral, banyak masyarakat akan mulai memberikan penilaian buruk pada diri mereka. Pertanyaan-pertanyaan kepo yang sering ada di kepala masyarakat umum atau diri saya adalah : "Kerja apa? Ko bisa hartanya banyak? Uang dari mana?. Pada umumnya, netizen akan menganggap orang yang flexing bersifat arogan, sombong, tidak punya empati, bahkan bodoh.

Ujung dari "flexing" yang sering dilakukan oleh "Crazy Rich" adalah hebohnya penangkapan Indra Kenz dan Doni Salmanan oleh pihak kepolisian dan saat ini ditahan di Rutan Bareskrim Polri setelah ditetapkan sebagai tersangka terkait kasus investasi bodong trading binary option. Dunia medsos heboh dengan kenyataan ini, karena tidak hanya dua "crazy rich" tersebut yang akan dijadikan tersangka. Bahkan sesuai yang diprediksi akan banyak orang-orang terlibat lainnya yang akan tersangkut pada investasi bodong tersebut. 

Banyak yang shock, tetapi akhirnya terjawab juga darimana asal muasal kekayaan mereka. Modal dengkul istilahnya, dengan iming-iming keuntungan "trading" abal-abal  dan didukung konten-konten mereka yang memperlihatkan keberhasilan mereka dalam investasi tersbut sehingga banyak korban mereka yang berangan-angan untuk menjadi "next crazy rich" tidak segan untuk mengeluarkan uang mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun