Mohon tunggu...
wiwiksribudiati
wiwiksribudiati Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris

Menyukai sastra

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Motivasi Siswa: Penerapan Teori Operant Conditioning dalam Pembelajaran

21 Januari 2025   07:56 Diperbarui: 21 Januari 2025   07:56 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Artikel ini merupakan tugas mata kuliah Kajian Pedagogi yang diampu oleh Dr. Rulam Ahmadi, M.Pd., Prodi Magister Pendidikan Bahasa Inggris, Pascasarjana UNISMA Malang.

Pendahuluan

Motivasi belajar merupakan elemen penting yang harus dimiliki oleh setiap siswa dalam melakukan aktifitas belajar. Keberhasilan siswa dalam belajar dapat ditentukan oleh motivasi yang dimilikinya. Tinggi rendahnya motivasi dapat menentukan tinggi rendahnya usaha atau semangat seseorang untuk beraktivitas yang tentu saja akan berpengaruh terhadap pencapaian yang diperolehnya. Banyak siswa yang tidak berhasil mencapai prestasi maksimal karena motivasi belajar yang kurang.

Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Motivasi menggerakkan individu, mengarahkan tindakan serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna lagi kehidupan individu. Dalam proses belajar, motivasi mendorong siswa untuk berusaha mencapai tujuan, dan mengatasi tantangan yang mereka hadapi. Motivasi menjadi alasan yang membuat siswa berbuat, membuat mereka tetap berbuat dan menentukan ke arah mana yang hendak mereka perbuat. Siswa yang memiliki motivasi mempunyai komitmen tinggi. Mereka lebih aktif terlibat dalam pembelajaran dan mampu mempertahankan fokus dengan lebih baik. Sebaliknya, siswa yang tidak atau kurang memiliki motivasi akan mengalami kesulitan dalam mempertahankan minat dalam belajarnya sehingga memengaruhi pencapaian prestasinya.

Menumbuhkan motivasi belajar pada siswa seringkali menjadi tantangan bagi pendidik. Banyak siswa yang menunjukkan kurangnya minat atau keterlibatan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik dari dalam diri siswa sendiri seperti minat, kesiapan, atau kebutuhan maupun faktor dari luar seperti kurangnya pengakuan dan penghargaan, pengalaman sebelumnya yang negatif, atau lingkungan belajar yang kurang mendukung.

Teori belajar operant conditioning yang dikembangkan oleh B.F. Skinner dapat menjadi alternatif solusi dalam menghadapi tantangan tersebut. Teori ini menekankan bahwa perilaku individu dipengaruhi dan dapat dimodifikasi oleh konsekuensi yang mengikutinya (Safira et al., 2024). Menurut Skinner, perilaku manusia dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterimanya dan dapat diprediksi serta dikendalikan melalui manipulasi lingkungan. Cara yang efektif untuk mengubah dan mengontrol perilaku adalah dengan melakukan reinforcement (penguatan) baik positif maupun negatif.   Pemberian penguatan positif untuk perilaku yang diinginkan dapat meningkatkan keinginan siswa untuk belajar. Sedangkan pemberian penguatan negatif dapat membantu siswa menghindari perilaku yang tidak diinginkan.

Dengan memahami prinsip dan penerapannya, teori belajar operant conditioning dapat membantu pendidik dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perilaku positif sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa.

Dasar Teori Operant Conditioning

Pada dasarnya operant conditioning merupakan sistem umpan balik sederhana. Prinsip utama dari teori ini adalah bahwa konsekuensi yang mengikuti perilaku akan memengaruhi kemungkinan perilaku tersebut terjadi kembali di masa depan. Skinner menjelaskan bahwa tingkah laku merupakan hasil respon individu terhadap peristiwa (stimulus) yang terjadi di lingkungannya. Ketika pola Stimulus-Respon (S-R) tertentu diperkuat (diberi penghargaan), individu dikondisikan untuk merespons. Bila reward (hadiah) atau penguat mengikuti respon terhadap sebuah stimulus maka respon itu menjadi lebih mungkin muncul di masa yang akan datang.

Respons yang dihasilkan oleh subjek didik merupakan hasil dari stimulus yang diberi penguatan. Skinner membagi pengaruh penguatan menjadi dua, yaitu reinforcement atau penguatan dan punishment atau hukuman. Reinforcement merupakan konsekuensi yang memperkuat tingkah laku tertentu. Dampak tingkah laku atau peristiwa yang memperkuat tingkah laku tersebut dapat berupa perilaku menyenangkan (penguatan positif) dan tidak menyenangkan (penguatan negatif).

Penguatan positif merupakan rangsangan yang dapat memperkuat atau mendorong suatu respon tertentu. Penguatan ini dapat berbentuk reward atau hadiah, baik verbal maupun non-verbal. Penguatan positif memberikan konsekuensi yang menyenangkan subjek didik untuk melakukan tingkah laku tertentu. Penguatan negatif merupakan stimulus yang mendorong seseorang untuk menghindari tingkah laku tertentu karena dampaknya adalah tidak menyenangkan. Dengan kata lain, penguatan negatif akan menjadi penguat perilaku seseorang karena menghindari rangsangan ataupun konsekunsi yang kurang menyenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun