Mohon tunggu...
wiwik kurniaty
wiwik kurniaty Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bersatu Mencegah Paham Terorisme

2 Agustus 2016   09:34 Diperbarui: 2 Agustus 2016   09:50 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersatu - log.viva.co.id

Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.  Ibarat sapu lidi. Satu biji lidi akan mudah dipatahkan. Namun jika lidi disatukan dalam jumlah besar, akan sulit patah. Membersihkan sampah sebanyak apapun akan mampu. Poinnya adalah, jika segalanya dilakukan secara bersama-sama, hasilnya akan maksimal. Namun jika dilakukan secara sendiri-sendiri, hasilnya kurang bagus. Pepatah ini rasanya tepat jika digunakan untuk upaya pencegahan dan pengawasan paham radikalisme, yang masih marak di negeri kita.

Penyebaran paham radikalisme di Indonesia, memang tidak bisa dianggap remeh. Berbagai upaya terus dilakukan oleh kelompok radikal, untuk menyebar luaskan paham yang mereka yakini. Sebenarnya, jika paham tersebut tidak mengedepankan kekerasan, tidak perlu dikhawatirkan. Persoalannya, kelompok ini seringkali melakukan kekerasan, dengan mengatasnamakan agama. Contoh yang paling nyata di Indonesia adalah, yang dilakukan oleh kelompok teroris Santoso. Mereka melawan pemerintah karena dianggap kafir, mereka tak segan membunuh warga Poso, bahkan proses eksekusi tersebut seringkali di upload ke media sosial.

Tidak hanya itu, dakwah-dakwah yang bernada kebencian juga sering kita temukan di internet. Kelompok-kelompok yang merasa dirinya benar, dengan mudahnya menyalahkan orang lain hanya karena memiliki keyakinan berbeda. Hal-hal semacam ini, berpotensi menimbulkan provokasi yang bisa mengganggu kerukunan yang sudah tercipta. Pembakaran tempat ibadah di Tanjungbalai, Sumatera Utara beberapa hari yang lalu, diharapkan sudah tidak terjadi lagi. Begitu juga informasi-informasi yang menyatakan para teroris mati syahid, sungguh sangat menyesatkan.

Karena itulah, perlu usaha bersama, untuk saling bahu bahu menangkal penyebaran informasi yang menyesatkan tersebut. Saat ini, informasi berkembang begitu pesat. Mari kita hadirkan informasi yang obyektif, tidak memihak dan menyejukkan. Memang saat ini merupakan era kebebasan informasi. Tapi selayaknya, semua pihak harus memfilter segala informasi, yang memang dimunculkan di ruang publik. Jangan sampai, informasi-informasi tersebut justru bisa memicu polemik yang tidak menyehatkan, dan bisa mengancam kerukunan umat beragama.

Saat ini, ancaman paham terorisme tidak hanya muncul dari dalam negeri, tapi bisa datang dari luar negeri. Apalagi kejahatan terorisme, sudah merambah antar negara. Seseorang yang merasa sudah ‘lulus’ dari pendidikan di Suriah atau Iraq, bisa ekspansi kemana saja. Lihat saja, mereka tidak hanya menyerang negara-negara Eropa dan Asia, tapi juga menyerang negara Timur Tengah. Bahkan, masjid Nabawi yang berdekatan dengan makam Rasulullah SAW, juga menjadi sasaran teror. Sekali lagi, terorisme bisa menyasar siapa saja dan dimana saja. Karena itulah, kewaspadaan dan pencegahan harus dilakukan oleh semua orang.

Tidak bisa diserahkan ke pemerintah, ataupun ke aparat keamanan saja. Masyarakat hinggal level RT pun juga harus ikut berkontribusi, untuk menciptakan suasana damai agar paham kekerasan bisa dinetralisir. Lembaga pendidikan, dari level PAUD hingga perguruan tinggi ataupun pesantren, juga harus meningkatkan kewaspadaan, agar tidak disusupi paham radikal. Lembaga pendidikan harus mampu melahirkan generasi yang toleran, agar kerukunan antar umat bisa terus terjaga di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun