Â
Pada bulan Ramadhan seperti sekarang ini, umat muslim berlomba-lomba untuk memperbanyak amal ibadahnya. Karena amal ibadah pada bulan puasa akan berlipat sekali nilainya dibanding bulan-bulan yang lain. Karena itu kita banyak melihat perbuatan baik, seperti bersedekah atau membantu orang lain, dilakukan pada bulan ini.
Bulan Ramadhan juga merupakan periode yang penuh dengan kesempatan untuk menginstrospeksi diri terhadap kesalahan-kesalahan yang selama ini dilakukan, baik yang sengaja maupun tidak sengaja. Kita sering melakukan hal yang dipandang orang tak baik, namun kita lakukan. Pada bulan inilah kita bisa melakukan review terhadap apa yang sudah kita lakukan . Membuang yang gelap dan jelek bagi kita dan orang lain dan memperbaikinya.
Pada bulan ini kita juga diberi kesempatan yang lebar untuk melakukan pertumbuhan spiritual. Pertumbuhan spiritual ini lebih pada relasi vertical kita dengan yang Maha Kuasa. Seberapa amalan perbuatan kita dan sebagainya.Bagaimana selama ini kita melakukan ibadah dan sebagainya.
Pertumbuhan spiritual ini seharusnya diikuti dengan pertumbuhan koneksi atau relasi sosial atau bisa kita sedehanakan sebagai ketrampilan kita untuk berhubungan dengan orang lain. Ramadhan tidak hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga kesempatan untuk mensterilkan diri dari dosa-dosa. Tetapi, orang kemudian terlalu mengejar kuantitas ibadahnya, hingga lupa bahwa dosa sosialnya juga perlu diperbaiki. Karena itulah kita harus memperhatikan pertumbuhan relasi sosial.
Relasi sosial baik, jika kita punya hubungan positif dan saling menghargai dengan orang lain termasuk dengan umat lain. Saling menghargai itu termasuk memaklumi jika beberapa restoran atau caf yang buka pada siang hari, untuk melayani pihak yang tidak puasa, karena kita tidak selalu bertemu dengan orang yang sama kondisinya dengan kita. Jika dia muslim, dan kebetulan wanita, bisa saja dia tidak puasa karena berhalangan. Jadi ada hukum positif di sini.
Sebaliknya, pada saat Ramadhan seperti ini lalu kita mengekspresikan kebencian kepada umat lain yang memang tidak berpuasa, atau untuk menistakan kelompok yang berbeda keyakinan, atau memiliki keyakinan sama tetapi dianggap telah tersesat, maka sama saja dengan menjauhkan puasa dari tujuan mulianya. Hukum yang berlaku di sini adalah hukum negative dan relasi sosial kita tidak baik.
Sikap ini rentan menjatuhkan seseorang ke dalam jurang fanatisme. Seringkali fanatisme menimbulkan intoleransi. Dan seperti kita ketahui bersama intoleransi adalah cikal bakal dari radikalisme dan terorisme.
Jadi raihlah pahala sebanyak mungkin di bulan suci ini, dengan berpegang pada relasi sosial dan hukum positif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H