Mohon tunggu...
wiwik kurniaty
wiwik kurniaty Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Intoleransi di Dunia Pendidikan, Sampai Kapan?

20 April 2023   18:19 Diperbarui: 20 April 2023   18:29 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Beberapa waktu lalu kita dikejutkan oleh insiden pencukuran rambut dan pensyahadatkan kembali beberapa mahasiswa yang merupakan Dewan perwakilan Mahasiswa Univesitas Teuku Umar (UTU)  Aceh Barat. Mereka diangap harus disyadatkan kembali karena dianggap sikap mereka tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Masyarakat dari berbagai kelompok kemudian bereaksi. Bagaimanapun, insiden ini  merupakan bentuk sikap intoleransi yang ditunjukkan oleh para pejabat Universitas dan para senior yang merasa hal itu sebagai hal yang salah. Ini terjadi di lingkungan pendidikan Indonesia.

Bagi yang belum tahu issue ini, insiden bermula dari postingan flyer ucapan Jumat Agung oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa UTU. Hal ini menimbulkan reaksi keras seperti digambakan di atas, dan kemudian diikuti oleh pemecatan mereka sebagai DPM ole Rektor UTU.  Pada hari yang sama juga, akun dpm.utu memosting surat terkait permintaan maaf atas postingan ucapan Jumat Agung.

Apa yang salah ?

Dunia pendidikan kita memang berada di track yang berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya. Terlepas dari gaya kepemimpinan, pendidikan terdahulu penuh dengan pemahaman soal pluralisme dan perbedaan.  Kita bisa melihat pada era tahun 80-90 an, orang masih sangat dekat satu sama lain meski berbeda keyakinan. Di sekolah-sekolah para murid masih memberikan salam kepada murid lain yang berbeda keyakinan dengan rasa tulus.

Kini fenomena itu tidak ada lagi. Para murid berjalan sendiri-sendiri dengan keyakinannya tanpa merasa perlu peduli dengan keyakinan lain. Bahkan di dalam  kelas para guru dengan pemahaman tertentu memperkenalkan intoleransi kepada murid-muridnya, tanpa sadar bahwa apa yang diajarkan itu salah. Padahal sebagai tiang penting negara dan bangsa untuk membentuk generasi muda yang akan datang, para guru itu tidak boleh bersikap demikian.

Sebagai bangsa yang memang ditakdirkan untuk beragam dan beraneka, sikap yang mengagungkan kelompoknya sendiri dan tidak menganggap kelompok lain (atau kerap disebut intoleransi) sebagai hal yang perlu dikoreksi bersama. Bahwa menomor satukan kelompoknya sendiri adalah hal yang tidak layak ada di negara kita; negara yang dikagumi negara lain karena pengelolaan keberagaman.

Termasuk intoleransi di dunia pendidikan seperti kejadian di atas adalah hal yang harus segera diselesaikan. Bagaimanapun keberagaman adalah takdir kita semua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun