Mohon tunggu...
wiwik kurniaty
wiwik kurniaty Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gus Dur Sudah Ajarkan Kritik Tanpa Caci Maki

18 Februari 2021   17:12 Diperbarui: 18 Februari 2021   17:15 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah membaca buku Humor ala Gus Dur. Jika tidak pernah, mungkin pernah membaca beberapa artikel saat Gus Dur melontarkan sesuatu dengan cara bercanda. Ulama NU itu memang amat gemar membuat lelucon bahkan mengkritik dengan cara humor.

 Beberapa humor Gus Dur adalah tentang korupsi dan polisi jujur. Beliau mengatakan bahwa sepanjang sejarah, hanya ada tiga polisi yang jujur yaitu Jenderal Hoegeng (Kapolri tahun 1968-1970), patung polisi dan polisi tidur. Ketiganya melakukan pekerjaannya dengan baik dan tidak pernah korupsi. Humor itu tentu saja menyentil aparat polisi yang kerapkali dituding juga melakukan banyak pelanggaran dalam menjalankan tugasnya. Meski humor itu disebarkan berulang-ulang, tidak ada polisi yang merasa tersinggung atau marah atas candanya itu.

Humor Gus Dur yang lain adalah soal rencana pembuatan jembatan antara surga dan neraka. Ceritanya, dua penghuni ini berniat membuat jembatan antara surge dan neraka, agar para penghuninya bisa saling mengunjungi. Mereka sepakat agar disain jembatan itu dibuat oleh masing-masing penghuni, dan dua jembatan itu menyatu tepat di tengah-tengah antara surga dan neraka.

Selama beberapa hari berlalu dan disain dari penghuni neraka sudah selesai berikut kalkulasi bahan-bahannya. Mereka membuatnya dengan rapi dan cermat agar mereka juga bisa mengunjungi penghuni surge sesekali. Namun berbeda dengan penghuni surga. Lewat seminggu dan sampai dua minggu tidak ada tanda-tanda mereka membuat rancangan jembatan apalagi membuat kalkulasi bahan dan biayanya. Sampai suatu ketika salah seorang penghuni neraka bertanya kepada mereka soal ini. Penghuni surga menjawab : kami tidak bisa membuat rancangan jembatan apalagi mengkalkulasinya, karena orang yang ahli dalam rancang bangun dan pembelian bahan tidak ada di surga, mereka semua di neraka. Becandaan ini ditujukan untuk para teknokrat dan birokrat serta pihak swasta yang sering membangun sesuatu dan mengkorupsinya.  Dan sekali lagi tidak ada yang merasa tersinggung dengan guyonan Gus Dur ini.

Apa yang bisa kita petik dari cerita di atas ?

Bahwa kritik itu bisa dilakukan dengan banyak cara. Tidak memaki atau menghina dina seperti yang sering kita lihat di media sosial. Gus Dur telah memberi contoh bagaimana dia mampu mengkritik polisi dan para birokrat yang sering melakukakan hal yang salah (korupsi) tanpa membuat mereka tersinggung.

Terlepas dari dari perbedaan zaman, namun esensi kritik itu sebenarnya masih sama, yaitu memberi masukan kepada pihak lain yang dianggap salah atau keliru atau kurang pas dalam mengambil sikap atau keputusan. Bahkan kritik sering juga dilakukan pada pihak lain yang sudah on the track tapi masih saja dituntut ini itu dari pihak yang tidak menyukainya.

Kita sekarang hidup di masa dimana teknologi mempermudah semuanya; berpendapat, mengeluarkan kritikan dan lain sebagainya. Hanya saja seharusnya kritik itu tetap dilontarkan dengan baik dan tidak membabi buta bahkan dengan caci maki. Sama halnya dengan Gus Dur yang mengkritik untuk menunjukkan kesalahan pihak lain tanpa membuatnya tersinggung.

Jadi kritik santun adalah Pekerjaan Rumah bagi kita semua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun