Beberapa waktu lalu kita disibukkan oleh kontroversi dari salahsatu pejabat di negara kita soal Pancasila dan agama. Juga soal salam Pancasila. Beberapa pihak kemudian mengambil keuntungan dari kontroversi itu dengan menyudutkan dengan mempertentangkan Pancasila dan agama.
Banyak yang merasa asing dengan salam Pancasila. Salam itu mulai diperkenalkan oleh Presiden pertama Republik Indonesia beberapa saat setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, dan disahkan pada September 1945.
Salam Pancasila adalah salam yang mengingatkan kita pada lima sila Pancasila. Pancasila sendiri digali dari sendi-sendi dasar Nusantara yang kemudian dikenal sebagai Indonesia. Pancasila merangkum sekitar 45 butir-butir sebagai pejabaran yang bisa diimplementasikan kepada tindakan nyata.
Kita tahu Pancasila adalah hal mendasar dari bangsa ini. Tak hanya untuk agama tertentu saja, tapi semua agama dan aliran kepercayaan yang sudah disetujui pemerintah. Sebagai bengsa yang multietnis kita tidak bisa begitu saja menafikan agama atau kepercayaan , bahkan pantang bagi kita untuk memberangus agama itu. Begitu juga sila kedua, ketiga, keempat dan kelima. Semuanya bersatu padu dan memberi gambaran kepada orang luar bahwa perbedaan itu mempererat persaudaraan kita sebagai bangsa.
Coba kita tengok bangsa lain yang punya penduduk yang punya beberapa etnis yang bersatu. Malaysia misalnya. Negara itu juga punya beberapa etnis semisal Melayu, Tamil, China (bisa dipecah beberapa suku lagi), juga ada suku Dayak, tapi keberagaman di Malaysia  tidak sebanyak keragaman  yang ada di Indonesia yang benar-benar multietnis, dari Sabang sampai Merauke.
Keragaman seperti itu juga tidak  bisa kita temui di negara Asia lain seperti China yang punya sekitar 9-11 etnis. Tapi banyak negara yang ada di beberapa wilayah hanya punya satu -- dua etnis di negara mereka.
Karena itu Pancasila dan keragaman Indonesia ini adalah keragaman yang patut disyukuri dan salam Pancasila adalah pelengkap dari kekayaan negeri ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H