Mohon tunggu...
wiwik kurniaty
wiwik kurniaty Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ideologi Jangan Dilihat secara Sempit

29 November 2019   23:01 Diperbarui: 29 November 2019   23:07 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang tokoh Nahdatul Ulama (NU) yang juga seorang cendekiawan dan akademisi, Nadirsyah Husen pernah mengatakan bahwa prespektif Islam di Indonesia cenderung bercorak moderat. Penilaian itu bisa kita liat dari relasi antara ideology dan konstitusi Indonesia.

Prespektif moderat ini akhirnya menempatkan Islam sebagai nilai kebajikan dan kemaslahatan bersama, sekaligus tatanan moral. Islam dalam keindonesiaan yang beragam ini, tidak ditempatkan sebagai ajaran legal formal yang kaku. Sehingga  bersama- sama konstritusi negara dia mewujudkan cita-cita bersama yaitu adil dan setara dalam banyak hal.

Banyak orang yang tidak memahami prespektif moderat ini, meski banyak juga yang paham. Yang tidak paham biasanya punya pengalaman mata rantai yang hilang yaitu pemahaman ideology agama selama Orde Baru ke masa reformasi. Tafsir-tafsir yang salah dan kaku dominan dalam pemahaman islam pasca reformasi.

Pengertian islam dan keislaman yang seharusnya menjadi tata nilai dalam bermasyarakat termasuk bernegara direduksi sedemikian rupa sehingga seakan-akan islam adalah ideology politik yang sebagain fungsinya dipakai untuk meraih kekuasaan politis yang pragmatis. Kita melihat sebagian dari masyarakat kita mengiris Islam dengan cara seperti itu -- kaku dan sempit-.

Beberapa negara memang menerapkan ideology agama sebagai konstitusi negara. Kita lihat semisal beberapa negara di Timur Tengah. Tapi mereka menerapkannya karena sesuai dengan sejarah keberadaan negara mereka. Arab misalnya. Secara kesejarahan mereka memang sangat beririsan dengan Islam, dan sampai sekarang negara itu menjadi tujuan ibadah dari umat Islam seluruh dunia.

Ini sangat berbeda dengan Indonesia, meski umat muslim di negara ini sangat besar dari segi jumlah, namun secara sejarah berbeda dengan negara-di kawasan timur tengah.

Kita tahu Islam berkembang di Indonesia melalui para pedagang Gujarat di India. Gujarat adalah satu wilayah di India yang sejak lama sudah beralkuturasi dengan orang-orang dari Timur Tengah yang beragama Islam.

Setiap pedagang Timur Tengah yang ingin pergi berdagang di Asia Timur atau Asia Tenggara, pasti akan singgah di India, khususnya di Gujarat. Mereka kawin mawin di sana sehingga banyak dari mereka (orang Gujarat itu) yang juga beragama Islam. Merekalah yang membawa agama Islam ke Nusantara sebelum kemudian Walisong menyebarkan agama ini lebih serius.

Saat itu banyak penduduk Nusantara yang beragama Hindu, Budha dan agama lokal. Mereka bertemu dengan  para pedagang itu dan melihat bagaimana mereka beribadah dan akhirnya banyak yang mengikuti memeluk agama Islam. Sehingga sejarah, Islam berkembang di Indonesia melalui kegiatan sosial budaya, dan bukan secara ideology an-sich.

Dengan segala uraian dan sejarahnya, kita bisa melihat kembali bagaimana Islam di Indonesia, apakah secara ideology an-sich atau sebagai bagian dari sejarah sosial budaya, nilai-nilai luhur dan kesepakatan bersama karena ada bagian masyarakat yang berbeda dengan mereka.

Inilah yang harus selalu kita ingatkan kepada masyarakat, bagaimana seharusnya posisi Islam dalam negara kita. Tidak radikal dan bersikap moderat penting bagi pemahaman Islam di negara kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun