pemarah dan membuatku ketakutan
Ibuku itu keras,Pelitnya luar biasa ...
Aku tak pernah benar, dimatanya
Kaki dan tangan ini menjadi saksi
Entah sudah berapa puluh kali aku dipukuli
Mengerikan...
Aku tak mengerti, apa yang terjadi
Hingga waktu menobatkanku, menjadi seorang Ibu
Aku berjanji, tak mau sperti ibuku nanti
Kumulai peranku dengan hati hati ...
Akan kulukis nuansa pelangi warna warni
Kuhiasi dengan hamparan permadani
Ahh...pasti nyaman dan asri
Tapi ibu...
Nyatanya tak seindah delusi ....
Yang satu ku tata rapi, yang lain berkeping-keping
Sebagian kugenggam erat, sebagian lepas melompat
Hujan dan badai datang bertubi - tubi
dibarengi datangny angin yang tak terprediksi
Bagaimana ini ibu ?
Kuberlari, bukan solusi
Kuperangi kian menjadi ....
Mungkin aku frustasi, bahkan depresi
Kini aku mengerti apa yang kau hadapi
Tak seindah khayalan dan mimpi
Kerasmu, marahmu, pelitmu terpaksa kuadopsi
Pukulanmu sering kupakai buat atraksi,
Bahkan lebih buruk lagi
Oh ibuu...
Kini, semua berbalik dalam pandanganku ....
Engkau tidaklah keras, Â hanya ingin aku punya batas
Engkau bukanlah pemarah, kau hanya mau aku terarah
Tidak juga pelit, Â betapa sulit belenggu kebutuhan membelit
Aku tak bisa seanggun dirimu...
Marahmu laksana terbitnya rawi dipagi hari
Kerasmu penuh kama, sesejuk kabut savana
Aku merindukanmu sepanjang jalanku ....