Serial ini mengkritik bagaimana masyarakat lebih memprioritaskan kekayaan daripada kemanusiaan, tema yang juga terlihat dalam perkembangan perkotaan di Indonesia. Kompleks perumahan mewah dan mal-mal mewah berdiri berdampingan dengan kawasan kumuh, menunjukkan ketimpangan yang mencolok.
Akses ke pendidikan berkualitas, layanan kesehatan, dan infrastruktur sering kali ditentukan oleh status ekonomi seseorang, yang memperkuat ketidakadilan sistemik. Squid Game mempertontonkan bagaimana ‘sampah'nya peserta dimata pembuat permainan.
Disisi lain, Gi-hun, sebagai pemenang di serial sebelumnya, berusaha menghentikan permainan dan menganggap para eksekutor dan pembuat permainan hanyalah ‘anjing’ bagi mereka ‘oknum VIP’ yang membiayai permainan brutal tersebut.
3. Ketimpangan di Tempat Kerja
Tidak hanya peserta, nyatanya serial Squid Game juga menunjukkan aksi eksploitasi para eksekutor atau pekerja. Dimana sekali melakukan kesalahan, maka hukuman tembak akan diberikan. Banyak pekerja di Indonesia sering menghadapi perlakuan tidak adil, bukan? Saat satu kesalahan menghapus semua pekerjaan baik.
Protes buruh kerap menyoroti masalah seperti lembur yang tidak dibayar, pelanggaran upah minimum, kondisi kerja yang tidak aman, dan terjadi praktik eksploitatif, yang mencerminkan dehumanisasi seperti yang terlihat dalam serial ini.
Bagaimana Keluar dari Permainan ‘Squid Game’ di Dunia Nyata?
"Squid Game" bukan hanya hiburan, tetapi juga panggilan untuk bertindak. Serial ini mendesak masyarakat untuk menghadapi kenyataan yang tidak nyaman tentang kekayaan, kekuasaan, dan kemanusiaan. Uang memang kebutuhan, perlu transformasi untuk memperlakukan uang sebagai alat bukan tujuan atau tuan.
“Keluar dari perbudakan”, suka atau tidak, uang mengatur sebagian besar pilihan-pilihan dalam hidup. Jadi, memiliki kekayaan dan kekuasaan perlu diimbangi dengan rasa kemanusian, seperti empati dan murah hati.
Perlu usaha keras, komitmen, dan konsistensi untuk keluar dari perbudakan sistem ‘permainan’ ini. Lantas, apa hal sederhana yang bisa dilatih dan dilakukan hari ini tanpa memasukkan faktor eksternal, seperti pemerintah?
1. Edukasi Keuangan
Meningkatkan kesadaran tentang literasi keuangan dapat memberdayakan individu untuk membuat keputusan yang lebih bijaksana dan menghindari skema pinjaman predator yang hanya merugikan dengan bunga tinggi. Bedakan kebutuhan dan keinginan, selama tidak memiliki uang, belajar berhemat dan berjuang keras untuk memiliki uang yang lebih banyak dengan cara halal.
Akses internet sudah terbuka lebar, edukasi keuangan dan bagaimana mendapatkan pekerjaan sampingan melalui upskill, bisnis, kolaborasi, dan sebagainya bisa diperoleh dengan mudah. Tidak ada kata ‘tidak bisa’ selama ada keinginan, keluar dari ‘permainan’ ini adalah keniscayaan.
Baca juga: Ending Film The Platform 2: Kejamnya Kapitalisme untuk Lantai Menengah dan Bawah
2. Menjembatani Kesenjangan
Investasi dari pendidikan hingga kesehatan dapat mengurangi kesenjangan kekayaan, karena dengan hidup sehat dan pendidikan yang cukup adalah kunci untuk mengecilkan kesenjangan si kaya dan si miskin.