Mohon tunggu...
wiwik agustinaningsih
wiwik agustinaningsih Mohon Tunggu... -

Bergerak mengalahkan diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jadilah Peniru

25 Oktober 2014   21:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:45 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JADILAH PENIRU

Sedikit renungan usai memberi kuliah di kelas Sejarah Fisika kemarin. Mendiskusikan bagaimana perkembangan fisika klasik menuju modern hingga keuntungan yang bisa dinikmati bahkan kerugian yang didapati dari perjalanan panjang perkembangannya.

Satu hal yang kami bagikan adalah pernyataan populer dari Isaac Newton “saya dapat memandang lebih jauh karena saya berdiri di bahu para raksasa”. Aristoteles mendasari pemikiran dari sang guru Plato, Galileo mendasari pemikiran tentang gerak dari Aristoteles, Mekanika Newton berkembang dari prinsip gerak Galileo, hingga ledakan kuantum yang berangkat dari dalil Planck tentang materi (teori mekanika-Newton) dan radiasi (teori gelombang elektromagnetis-Maxwell), dan perjalanan panjang ilmuwan lainnya dalam menguak misteri jagad raya. Semua pemikir ini mendasari diri pada pemikiran para pendahulunya.

Apa maksudnya, apakah mereka peniru, lalu kenapa? Mari kita lihat kondisi sekarang (tidak semua, secara rata-rata).

Dalam pendidikan:

Seorang mahasiswa memandang tugas akhir (contoh, skripsi) adalah langkah pamungkas ditebing curam. Dalam kebingungan mahasiswa membaca banyak skripsi dan mengambil satu judul lalu menirunya dengan mengubah beberapa objek tinjauan. Meniru.

Dalam bisnis:

Seorang calon pengusaha melihat usaha milik orang lain berhasil. Maka ia pun meniru penuh bentuk usaha. Meniru lagi.

Dalam komunikasi:

Seorang pembicara dengan modal bicara dari hasil bacaannya. Sadarkah bahwa apa yang disampaikan hanyalah pengulangan dari kata-kata, kutipan yang disampaikan penulis pun pembicara lainnya. Juga meniru.

Ketiga contoh adalah peniru.

Bagaimana kalau kita lihat peniru lainnya. Nippon, si Negeri Matahari Terbit, negeri peniru. Peniru yang berdiri di atas bahu raksasa. Dikenal dengan teknologi maju. Padahal kalau kita tilik dari bahasanya, kata-kata yang berbau teknologi ditulis dalam katakana (penulisan kosakata dari serapan asing), bukan dari Jepang sendiri. Kamera, terebi (televisi), rajio (radio), teefurekoodaa (perekam), konpyuutaa (komputer), bahkan sesederhana boorupen (pulpen). Mengingat sekarang kiblat teknologi berarah pada negerinya, inilah salah satu kenyamanan duduk di bahu sang raksasa bagi Jepang.

Berdiri di pundak raksasa berarti berdiri pada dasar (temuan) yang teruji dan mapan lalu memikirkan lebih lanjut dan jauh. Pemikiran, baik untuk solusi maupun pengembangan yang sesuai dengan keadaan dan harapan-harapan baru. Sang raksasa terus memandang ke depan. Akan tetapi kita yang dipundaknya bisa memandang ke segala arah tak hanya ke depan. Kita bisa berpikir lebih.

Karena itu saya kira,

Dalam pengerjaan tugas akhir, adalah bijak untuk menggali lebih lanjut hasil penelitian orang lain. Melihat kesimpulannya, kekurangannya, untuk dipikirkan solusi apa yang dapat memberi harapan baru untuk hasil pendidikan nantinya. Tak selalu memulai dari awal.

Dalam bisnis, adalah cerdas untuk memprediksi kebutuhan baru dari tuntutan lama. Lalu mengambil langkah pengembangan untuk produk lebih unggul, modern, bermutu, dan bersaing.

Dalam komunikasi, adalah menarik untuk mengemukakan hasil pemikiran orang lain, kemudian mengaitkannya dengan fakta juga pengalaman yang sudah dilewati. Dan akhirnya akan membuat pemikiran baru hingga mungkin saja membantah pemikiran yang sudah ada untuk penyempurnaan pemahamannya.

Ini hanyalah hasil renungan. Mari kita mulai, tentukan raksasa kita, lalu menggunakan perpaduan anugerah terbesar-jiwa, otak, dan hati-untuk berpikir lebih lanjut atas ide sang raksasa. Jadilah peniru yang berdiri di bahu raksasa.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun