Ada kegudahan, kegelisahan dan kebahagiaan di penghujung Ramadhan 1444 H atau yang bertepatan pada 20 April 2023, ummat Islam khususnya yang sedang khusu' mengakhiri perburuannya mendapatkan lailatul qodar, dan detik-detik membingungkan saat menunggu pengumuman pemerintah akankah berlebaran di tanggal 21 April atau 22 April, bahkan saat sedang menyaksikan gerhana matahari Hybrida, dimana moment matahari, bulan dan bumi berada pada satu garis, yang menandakan sudah munculnya bulan baru...yakni Syawal, namun beberapa kalangan tertentu khususnya pemerintah, tetap keukeuh untuk melihat langsung alias rukyat di petang harinya sebagai penentuan berakhirnya bulan Ramadhan dan datangnya bulan baru yakni bulan Syawal 1444 H. Namun, semua hiruk pikuk yang tersebut diatas, tak membuat kaget bahkan jengah dalam menghadapi situasi masyarakat saat itu. Hal yang membuat terkaget-kaget, bahkan bagaikan disambar petir disiang bolong, adalah pengumuman bunda parpol dengan perolehan suara terbesar dinegeri ini, ibu Megawati dalam mencapreskan bapak Ganjar Pranowo, dengan peningkatan penugasannya, dari Gubernur, naik level ke Calon Presiden periode 2024 - 2029 mendatang. Yaah....sebagai petugas partai lagi, begitu petikan pengumuan unda yang kudengar sambil masak opor persiapan lebaran.
    Jedeuuueeerrrrr....kontan jagat maya dan nyata seakan berhenti sejenak untuk mensikapi pengumunan yang super penting dan ditunggu-tunggu itu?apa gerangan yang sedang terjadi, mengapa pengumuman itu seakan-akan dipercepat menjelang hari raya, dimana ummat muslim khususnya pasti akan bersibuk ria untuk mudik kekampung halamannya, dan dengan demikian akan menjadi berita terhangat saat melakukan silaturahmi dari rumah ke rumah, dari kampung ke kampung,bahkan akan menjadi oleh-oleh terhangat di hari lebaran Idul Fitri, mengalahkan opor, rendang, ketupat, kue nastar, dan sebagainya. Apalagi, pengumuman itu disampaikan tepat pada tanggal 21 April 2023, yang merupakan peringatan Ibu Kita Kartini, sang pendobrak kebelengguan, kebodohan  dan pembodohan dari penindasan penjajah Belanda untuk menempatkan "perempuan" sebagai "konco wingking" alias teman dibelakang yang tak diperhitungkan. Namun, kemunculan sosok-sosok perempuan pemegang kendali di parpol PDIP yakni ibu Hj Megawati Soekarno Putri dengan putrinya Puan Maharani yang sekaligus sebagai ketua DPR RI semakin mentasbihkan, bahwa peran perempuan, sudah berubah. Bukan lagi sebagai "konco wingking" yang tak pernah diperhitungkan, akan tetapi justru sebaliknya, sebagai the maker atau pemain utama di belakang layar yang sekali muncul, bikin geger jagat perpolitikan tanah air. Suasana yang hening, karena situasi puasa Ramadhan seakan terusik dengan kemunculan pengumuman tersebut. padahal, hampir semua pengamat berpendapat, bahwa bunda akan mencapreskan putri mahkotanya, yakni Puan Maharani.
    Para tokoh politik pada saat itu sangat kaget dan terkesima dengan pengumuman sang bunda tersebut, bukan hanya momentnya yang sangat istimewa, yakni menjelang hari raya ummat Islam sebagaimaa kita ketahui sebagai  hari raya terbesar di negeri ini, namun juga dengan meninggalkan para koleganya yang utamanya telah menjadi patner dan mendukung pemerintahan selama ini, yakni bapak H. Prabowo Subianto. Mungkin, kita masih ingat, peristiwa empat tahun silam setelah penghitungan KPU dan mengumumkan bahwa pemenang Presiden dan wakil presiden RI periode 2019-2024 adalah bapak Ir. H. JokoWidodo dengan pasangannya bpk Prof.Dr. KH. Ma'ruf Amin, dan saat konstalasi politik sedang panas-panasnya akibat adanya dugaan pelanggaran dalam perhitungan suara, saat masyarakat sudah terbelah dengan sangat jelasnya dengan istilah yang sangat miris, yakni cebong dan kampret, saat emak-emak sudah tak terbendug untuk memenangkan capresnya bpk Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, dan saat itulah, untuk kali pertama terjadi pertemuan antara para kandidat Capres yakni bpk Jokowi dan bpk Prbowo naik MRT. Dan belakangan rakyat baru tahu, bahwa kompensasi yang diberikan supaya suasana tidak memanas dan memberinya jabatan pembantu [rsesiden yakni sebagai menteri Pertahanan untuk bpk Prabowo dan menteri Pariwisata dan ekonomi kreatif untuk bpk Sandiaga Uno.
   Saat itu, langsung banyak pendukung Prabowo yang kecewa...."oooh. hanya sebatas itu toh penghargaannya untuk perjuangan kita selama ini, kami sebagai pendukung yang mengadang-gadangnya sebagai presiden dan wakil presiden, ternyata cukup menjadi pembantu presiden aja,...begitu kita-kira celetuk para emak-emak dan simpatisan pada waktu itu. Hingga pemerintahan ini, akhirnya berjalan dengan adem tanpa gejolak sedikitpun.Meninggalnya hampir 700orang anggota KPPS saat sedang bertugas pada saat menjelang dan saat pemungutan suara, kotak kardus dan berbagai bentuk kejanggalan dalam penyelenggaraan pemilu 2019 tak diusut lagi. Begitulah politik (kekuasaan).....saya akan  dapat apa, kapan dan bagaimana caranya. Perjuangan yang berdarah-darah itupun  happy ending dikalangan elitnya dan menjadi senep (sakit perut) dikalangan pendukung fanatiknya, sebut saja emak-emak dan kalangan Islam santri dan priyayi (meminjam istilah Cliford Geerzt). Sudah bukan rahasia lagi, jika kalangan Islam abangan banyak menjadi simpatisannya PDI-P, inilah yang menyebabkan munculnya istilah politik identitas yang diawali denga kasus pilgub di DKI Jakarta. Meski,sebenarnya, setiap manusia pasti mempunyai identitas, entah identitas politiknya, ekonominya, sosbudnya,agamanya dan sebagainya. dan akibat istilah ini, kemudian menjadikan bangsa ini semakin terbelah.
   Maka sebagai bentuk perlawanan atas pengumuman yang disampaikan ibunda Megawati Soekarnoputri tersebut itulah, secara tergesa-gesa Bpk Praabowo mengumumkan pinangan partainya Gerindra untuk maju lagi sebagai capres(meski saat ini 70 th), tidak mau lagi cawapres, karena partainya sudah mulai kuat (wawancara disebuah stasiun televisi swasta waktu itu). Nah, bagaimana dengan nasib KIB (Koalisi Indonesia bersatu) besutan Golkar, PAN, PKB, PPP apalagi setelah secara terang-terangan PPP mendukung pencapresan dari PDIP?akankah bubar?bagaimana dengan cak Imin yang sejak 2019 sudah mendeklarasikan dirinya sebagai cawapres?akankah terhalang dan manuver apa yang akan dibuat jika hal tersebut terjadi?Akankah terbukti, komentar dari si pendiri Partai Emas(yang sekarang di penjara), jika pemenangnya pada pilpres mendatang adalah Jarik alias Ganjar Erick yang sudah dipersiapkan sedenikian rupa?bagaimana kans yang dimiliki oleh Anies Baswedan dengan Koalisi Perubahannya?Nasdem, PKS dan Demokrat?bagaimana dengan adanya duet yang akan digagas oleh PDIP dengan adanya koalisi besar (Kebangsaan) vs koalisi perubahan?mengingat agenda-agenda besar bangsa ini membutuhkan support yang besar dari parpol dinegeri ini?seperti IKN misalnya?bagaimana dengan manuver bpk Mahfudz MD yang menyampaikan ada 349 Tirliun data dari PPATK yang masih gelap dan perlu dibuat terang dan gamblang, saiapa saja yang makan uang haram dinegeri yang sebagian rakyat kecil sedang menjerit lapar dan miskin?dan masih banyak lagi pertanyaan yang sedang berkecamuk dalam jiwa-jiwa bangsa Indomesia untuk mensikapi perpolitikan tanah air yang kian memanas pasca lebaran 1444 H ini. Tapi, dari semua spikulasi dan pengamatan yang ada, maka pengumuam yang disampaikan oleh ibu Megawati Soekarno Putri sebagai ketua umum PDIP yang diberi mandat penuh untuk memilih capresnya, telah berakhir bahwa mbak Puan Maharani akan dijadikan kandidat Capres, dan perdebatan itu telah berakhir. Inilah kado di hari kartini dan para kartini-kartini kekinian, buka lagi memperingatinnya dengan berkebaya mengingat RA Kartini kala itu, namun lebih kepada perubahan mindsetnya dalam membangun jiwa dan raga untuk menjadi manusia seutuhnya yang teratnggung jawab dan berketuhanan Yang Maha Esa, singkat kata sebagai insan muttaqin.
    Pikiran-pikiran lepas yang sedang berkecamuk ini, hanyalah pengamatan dari seorang ibu yang sedang berjuang membuat opor ayam, ketupat,buras,ayam liku' serta nastar untuk merayakan hari raya nan fitri penuh kebahagian dan kemenangan setelah satu bulan penuh, melawan lapar dan haus, menahan amarah yang tak terkendali demi mendapatkan insan yang muttaqin. Dan apapun analisanya yang sedang terjadi dinegeri kita ini, semoga tidak semakin memanaskan suasana hati,ini hanyalah olah pikir yang dibuat oleh si emak al-faqiir dan diolah dari berbagai sumber media massa. Meski paparan sinar ultraviolet sedang berbahaya saat ini dan kebakaran masih menjadi ancaman terbesar, khususnya bagi penduduk kota metropolitan yang tinggalnya berhimpit-himpitan. Biarlah tinggal bersempit-sempitan, asalkan hatinya tetap lapang, dan membaca artikel inipun sebagai hiburan, teman minum teh di pagi hari. Selamat hari raya Idul Fitri 1444 H, April 2023, Taqabalaallahu minna waminkum, Minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin....serbuuuu lagi ketupat opornya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H