Jika hendak diperluas ke fiksi dalam format sinema, lalu apa yang akan dikatakan para pembaca budiman ini jika suatu saat menyimak tontonan-tontonan semacam Breaking Bad, Better Call Saul, Ozark, atau Narcos, di mana para tokoh utama "protagonis"-nya adalah penjahat? Barangkali mereka akan membuat petisi, atau aksi damai di jalan, atau menggelar doa bersama agar para kreator cerita-cerita itu menerima hidayah!
Dan EL James pasti akan menerima pernyataan "Maaf, sekadar mengingatkan" disertai emoji tangan nyembah!
Karya sastra jelas bisa dinilai positif-negatifnya, tapi bukan dari muatan tema permasalahan atau scene-scene yang diusungnya, melainkan dari keterampilan sang penulis dalam merangkai semuanya. Itulah yang dikerjakan para penulis resensi buku. Normalnya, sekalipun memuat hal-hal vulgar yang serba terlarang oleh norma agama, moral of the story yang dihadirkan penulis lewat ceritanya pasti bukanlah kampanye untuk mengajak pembaca berkelakuan demikian. Justru sebaliknya. Agar kita waspada dan bisa menaklukkan godaan dunia.
Elemen ini termasuk dalam keterampilan menulis yang seharusnya kita nilai, bukan malah meributkan jenis peristiwanya. Kan kita tidak dididik untuk menilai wajah orang berdasarkan kerupawanan atau ketidakrupawanannya, melainkan dari kecanggihan sang pemilik wajah untuk menggunakan kerupawanan atau ketidakrupawanan itu guna membuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak.
Tentunya kita semua dididik demikian, kan? Iya, kan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H