Mohon tunggu...
Wiwien Wintarto
Wiwien Wintarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis serba ada

Penulis, sejauh ini (2024) telah menerbitkan 46 judul buku, 22 di antaranya adalah novel, terutama di PT Gramedia Pustaka Utama. Buku terbaru "Tangguh: Anak Transmigran jadi Profesor di Amerika", diterbitkan Tatakata Grafika, yang merupakan biografi Peter Suwarno, associate professor di School of International Letters and Cultures di Arizone State University, Amerika Serikat.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Podcast dan Larangan yang Tak Berlaku

30 Maret 2019   12:16 Diperbarui: 30 Maret 2019   13:05 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Podcast channel WW (Foto: Koleksi pribadi)

Dan hampir 90% di antaranya, mungkin lebih, masih terkait dengan kejakartaan, baik dari sisi geografis basis operasi maupun konten. Hampir semua podcaster pasti menyapa dengan sebutan "elo-gue", bahkan termasuk mereka-mereka yang aslinya adalah warga Tenggarong atau Surakarta. Belum ada channel podcast yang bernuansa lokal, seperti Jawa atau Dayak, tak hanya dalam konten local wisdom-nya namun juga secara kebahasaan dan dialek. Ada channel podcast Banyumasan atau Tegal pasti seru tuh!

Dunia kepenulisan dan sastra sendiri masih sangat minimalis hadir di podcast. Tak satu pun dari 10 besar channel dengan pendengar terbanyak itu tadi yang bermuatan sastra. Maka terbuka peluang yang sangat besar bagi para penulis untuk menciptakan market lewat podcast. Unggahan materi episodiknya terserah imajinasi dan kreativitas kita.

Bisa tentang share pengalaman menulis, pelajaran dan tips nulis, kisah di balik buku-buku, atau pembacaan puisi dan cerpen. Bahkan bisa saja kita menghadirkan audiobook berseri lewat podcast. Bila tiap episode diputus dengan cliffhanger, pendengar akan selalu antre menunggu sambungan episode-episode berikutnya.

Saya pun masuk ke dalam ceruk pasar ini. Channel Weird Writer mayoritas akan berisi tips menulis, sebagaimana artikel-artikel tips nulis yang selama ini saya pajang di Kompasiana. Namun sesekali akan ada juga resensi (buku & film), wawancara dengan rekan-rekan penulis, pembacaan puisi atau cerpen, share cerita horor, atau sekadar ulasan saya terhadap berbagai fenomena yang kini berkembang di masyarakat.

Lalu di mana kita bisa mainan podcast? Kalau untuk video ada YouTube, maka ladang podcast yang utama adalah Anchor. Mengapa dia? Karena Anchor baru saja dibeli Spotify pada bulan Februari 2019 lalu dengan nilai mencapai $ 140 juta (hampir Rp 2 triliun). Sesudah pembelian itu, tiap channel di Anchor akan tersedia juga di Spotify, bersanding dengan channel-channel podcast terkemuka dunia dan juga dengan puluhan juta lagu dari berbagai artis musik ternama.

Dan di Spotify terdapat tak kurang dari 200 juta pengguna yang bisa saja kecantol materi podcast kita. Lalu, seperti channel YouTube, channel podcast Anchor juga bisa dimonetisasi melalui pemasangan iklan. Tak akan terlalu lama dari sekarang, kita akan melihat "Atta Halilintar", "Bayu Skak", atau "Suhay Salim"-nya podcast. Bisa saja itu Anda sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun