Inovasi berikut adalah soal tema, yang beralih dari topik soal urusan supranatural (keris pusaka mahasakti, kitab keramat yang berkekuatan super, atau ilmu ajian yang mengandung daya perusak dahsyat seperti Ajian Serat Jiwa-nya Brama Kumbara) menuju kekuatan persenjataan dari sisi ilmiah---bahkan fiksi ilmiah yang futuristik untuk ukuran abad pertengahan. Senjata yang dijajal Nara di kisah ini adalah serupa jika kita sekarang mencoba photon canon seperti yang ada di kapal bintang USS Enterprise di serial Star Trek.
Pembaruan juga berlaku dalam hal kemasan edisi. Semua cersil klasik, termasuk produk Tiongkok, muncul dalam kemasan epik berskala besar. Mereka masing-masing total berisi ribuan halaman yang kemudian dikemas dalam buku-buku berdimensi padat (di bawah 200 halaman) dalam puluhan episode. Dalam Elang, permasalahan selesai dan tuntas cukup dalam satu novel setebal 357 halaman, dan kelak hanya akan membentuk trilogi seperti The Lord of the Rings-nya JRR Tolkien atau His Dark Materials-nya Philip Pullman.
Elang Menoreh termasuk salah satu naskah dengan penggarapan terlama, karena mulai saya kerjakan pertengahan 2010. Banyak perubahan terjadi sepanjang jalan. Bahkan di meja editor pun, revisi cukup besar harus saya kerjakan. Ketebalan asli yang sekitar 380 halaman harus dicukur ke angka 230-an. Dan banyak sekali unsur kekejaman dan nudity terkena gunting sensor mengikuti misi edukasi yang diemban Tiga Serangkai.
Yang jelas, sebagaimana film Robin Hood versi milenial, Elang juga merupakan versi milenial dari cerita silat berbasis sejarah, yang dulu pernah sangat dekat dengan budaya baca kita. Ada muatan kearifan lokal tentang budaya Jawa dan sejarahnya, namun saya potret dengan cara sedemikian rupa sehingga menarik dan mudah dipahami oleh kids jaman now yang mayoritas penganut fanatik budaya Korea.
Dan di sini, kita akan tahu bahwa yang disebut harta karun tak selalu harus berarti intan permata, uang segudang, atau emas lantakan. Selain itu, tahukah Anda bahwa di Jawa pun ada musketeer?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H