Di tengah kompleksitas era globalisasi, media sosial telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari Generasi Z (Sakti dan Yulianto, 2018). Generasi ini, yang mencakup individu yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, tumbuh dalam lingkungan digital dan terpapar pada berbagai teknologi, termasuk platform media sosial. Melalui media sosial, Generasi Z memperoleh kesempatan untuk berkomunikasi, berbagi informasi, dan berpartisipasi dalam budaya populer. Namun, di balik manfaat ini, penggunaan media sosial juga memunculkan sejumlah tantangan terkait kesehatan mental (Yasin et al., 2022).
Sebagai contoh, suatu survei yang dilakukan oleh McKinsey Health Institute pada tahun 2022 mengungkapkan bahwa 35% responden Generasi Z menghabiskan lebih dari dua jam setiap harinya di media sosial. Penggunaan intensif ini berpotensi menyebabkan stres, kelelahan, dan perasaan ketakutan akan ketinggalan (FOMO). Survei tersebut juga menunjukkan bahwa 21% responden perempuan Gen Z melaporkan kesehatan mental yang kurang baik, angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan 13% responden laki-laki.
Media sosial dapat berdampak negatif pada kesehatan mental Generasi Z, terutama melalui fenomena FOMO (Putri et al., 2016). Perasaan ini dapat membuat individu merasa tidak puas dengan keadaan mereka saat ini dan berupaya untuk mencapai standar yang ditetapkan oleh media sosial. Selain itu, mereka juga sering kali merasakan ketidak cocokan dengan norma-norma yang ada, yang dapat menimbulkan ketidakpuasan dan memperparah FOMO. Penelitian menunjukkan bahwa paparan terhadap konten media sosial yang idealis dan tidak realistis dapat menimbulkan ketidakpuasan terhadap penampilan fisik, khususnya di kalangan perempuan muda yang merasa terdorong untuk memenuhi standar kecantikan yang sering kali tidak masuk akal. Tekanan untuk selalu terhubung dan responsif di media sosial dapat berujung pada kelelahan digital, suatu kondisi di mana individu merasa mental dan emosional kelelahan akibat penggunaan teknologi yang berlebihan (Yasin et al., 2022). Gejala kelelahan digital mencakup keletihan, kesulitan berkonsentrasi, dan perasaan terasing. Generasi Z, yang dibesarkan dalam era digital, rentan terhadap kondisi ini karena mereka merasa harus senantiasa terhubung. Oleh karena itu, penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan mental, sehingga penting untuk menemukan solusi efektif, seperti mengurangi waktu penggunaan media sosial dan menggantinya dengan aktivitas yang lebih seimbang.
Selanjutnya, meningkatkan kesadaran akan potensi dampak negatif media sosial serta cara untuk mengatasinya juga tak kalah penting. Dukungan dari orang tua, guru, dan profesional kesehatan mental sangat dibutuhkan untuk membantu Generasi Z mengelola penggunaan media sosial secara bijak. Pengembangan strategi untuk kesehatan mental yang efektif, seperti program-program di sekolah dan komunitas serta pemanfaatan teknologi untuk mempromosikan kesehatan mental, dapat membantu mengurangi dampak buruk media sosial. Meskipun media sosial membawa banyak manfaat, penting untuk terus mencari cara agar penggunaannya sehat dan produktif, sambil meminimalkan efek negatif terhadap kesehatan mental (Putri et al. Â 2016).
Hubungan positif yang kuat antara penggunaan media sosial dan perasaan FOMO (fear of missing out) menunjukkan bahwa individu yang menghabiskan lebih banyak waktu di platform ini cenderung mengalami peningkatan rasa takut akan kehilangan pengalaman atau kesempatan berharga. Keadaan ini dapat disebabkan oleh paparan konstan terhadap pembaruan dan posting yang disajikan oleh teman, keluarga, dan influencer. Konten-konten ini sering kali menggambarkan kehidupan yang terlihat lebih menarik dan sukses, sehingga dapat memperburuk perasaan FOMO dan berdampak negatif pada kesejahteraan psikologis pengguna. Oleh karena itu, semakin sering seseorang berinteraksi dengan media sosial, semakin besar kemungkinan mereka merasakan ketidakpuasan terhadap kehidupan mereka sendiri dan kekhawatiran akan kehilangan momen penting. Efek negatif dari intensitas penggunaan media sosial ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk kesejahteraan emosional dan sosial. Penelitian dalam hal ini menekankan pentingnya intervensi serta strategi untuk mengelola penggunaan media sosial dengan cara yang sehat, sambil meningkatkan kesadaran mengenai dampak potensialnya terhadap kesehatan mental. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang hubungan tersebut, pengembang platform media sosial, profesional kesehatan mental, dan individu dapat bekerja sama untuk mengurangi dan mengatasi dampak negatif yang sering kali muncul akibat perasaan FOMO yang tinggi.
Menurut kamus McGraw Hill, media sosial dapat didefinisikan sebagai platform yang memungkinkan individu untuk berinteraksi dengan sesama melalui penciptaan, berbagi, dan pertukaran informasi serta gagasan dalam jaringan dan komunitas virtual. Media sosial berfungsi sebagai sarana bagi pengguna untuk mengekspresikan diri dan membangun hubungan sosial secara daring.
Generasi Z, sebagai penerus generasi milenial, terdiri dari individu yang lahir antara tahun 1996 hingga 2010. Hal ini menandakan bahwa usia mereka saat ini berkisar antara 12 hingga 26 tahun, dengan mayoritas terdiri dari para pelajar dan kaum muda. Generasi Z juga dianggap sebagai generasi pertama yang memiliki akses luas terhadap teknologi komunikasi, seperti ponsel, Wi-Fi, dan permainan komputer interaktif, sehingga sering dijuluki sebagai "born with a chip" karena kedekatan mereka dengan teknologi. Generasi Z sangat bergantung pada internet dan menjadikan media sosial sebagai alat komunikasi utama, memungkinkan mereka untuk mengakses berbagai informasi tanpa batasan geografis.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan mental sebagai kondisi kesejahteraan individu yang percaya pada kemampuannya sendiri, mampu mengatasi tekanan hidup yang normal, bekerja secara produktif, serta berkontribusi pada komunitas. Kesehatan mental adalah bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan, bersinergi dengan kesehatan fisik, dan keduanya memiliki peranan yang sama dalam menentukan tingkat kesehatan seseorang. Namun, terkadang gangguan dapat muncul dan berdampak negatif pada kesehatan mental individu. WHO menjelaskan bahwa gangguan mental mencakup berbagai masalah dengan beraneka ragam gejala, umumnya ditandai oleh kombinasi abnormal pada pola pikir, emosi, perilaku, dan interaksi sosial.
Sumber:
Albari, Rahmat Rifqi. Pengaruh Media Sosial terhadap Kesehatan Mental Generasi Z di Era Globalisasi
Ariandi akbar Muhammmad. Mugammad Zaki Mubarak. Farid Fahlvi. Pengaruh Media Sosial Terhadap Mentalitas Gen Z di Masa Work From Home Provinsi Aceh LWSA Conference Series 06 (2023)